Alian Butterfly Park (ABP) Menyaksikan Metamorfosa Kupu-Kupu
Meski masih tergolong baru, Alian Butterfly Park ternyata mampu menarik pengunjung dan menjadi salah satu obyek wisata Kebumen yang wajib dikunjungi. Obyek wisata ini menyimpan beragam koleksi kupu-kupu. Digagas dan dibangun oleh dr. Bambang Gunawan Sp.OG, taman kupu yang baru diresmikan bulan Juni lalu ini berlokasi di Desa Krakal, Kecamatan Alian, Kebumen.
Menurut Bambang, taman kupu-kupu yang didirikannya bertujuan sebagai penangkaran dan pelestarian populasi kupu-kupu yang ada di Kebumen. Pria asal Kebumen ini juga memilih merenovasi situs bangunan bekas Belanda di tahun 1905 dan dijadikan obyek wisata baru.
Taman wisata edukasi kupu-kupu yang dikelola secara profesional di bawah PT Alian Insekta Lestari (Altari) ini menyuguhkan banyak kegiatan. Mulai dari melihat asyiknya kupu-kupu cantik beterbangan di taman, mengamati proses metamorfosa kupu-kupu, hingga museum koleksi kupu-kupu yang sudah diawetkan. Hanya dengan membayar uang masuk sebesar Rp20.000, pengunjung bisa menikmati taman ini dengan bantuan petugas pemandu yang siap memberikan informasi.
Begitu masuk ke dalam taman berkonsep indoor ini, akan terlihat pemandangan kupu-kupu indah yang asyik beterbangan dan hinggap di beberapa bunga dan tanaman. Taman yang ditutup oleh jaring-jaring rapat supaya kupu-kupu tidak terbang keluar ini juga terlihat bersih. Nah, bagi yang suka fotografi, taman ini biasanya juga menjadi pilihan untuk hunting foto kupu-kupu yang cantik. Beberapa spot yang asyik juga biasanya dimanfaatkan pengunjung untuk berfoto bersama ratusan kupu-kupu.
Terbagi dalam beberapa ruangan, pengunjung bisa leluasa bergerak dan mencari beragam informasi. Fasilitas museum kupu-kupu tak hanya menampilkan jenis kupu dan asal daerahnya tetapi juga dilengkapi dengan film dokumenter yang menjadi edukasi bagi pengunjung. Apabila ingin melihat dan belajar lebih dalam mengenai peternakan kupu-kupu, pengunjung bisa meminta bantuan petugas untuk mengantarkan ke lokasi penangkaran yang berlokasi tidak jauh dari ABP.
Ada sekitar 130 jenis kupu-kupu yang diternakkan di ABP, termasuk kupu-kupu. Misalnya saja kupu-kupu gajah yang langka, yang memiliki tubuh dan sayap besar. Menurut Bambang, ada 11 jenis kupu-kupu andalan yang dikenalkan kepada masyarakat yaitu Troides Helena, Papilio Polytes, Papilio Memnon, Papilio Demoleus, Pachliopta Aristolochiae, Losario Coon, Hypolimnas Missipus, Hypolimnas Helena,Graphium Agamemnon, Danaus Chrysippus dan Acraea Violae. Sementara koleksi kupu-kupu yang diawetkan di museum berjumlah 800 jenis, berasal dari seluruh Nusantara.
Tak hanya belajar mengenal ragam kupu-kupu, pengunjung juga bisa melihat beberapa tanaman yang menjadi pakan ulat kupu-kupu di taman. Menurut Bambang, kupu-kupu yang ada di Indonesia dan di taman miliknya tidak sulit untuk diternakkan. Kupu-kupu terus berkembang karena mudah bertelur. Makanya banyak pohon dan bunga, yang selain menjadi sumber makanan, juga menjadi tempat berkembangnya ulat kupu-kupu.
Apabila pengunjung beruntung, mereka dapat melihat proses ulat yang tengah berusaha lepas dari kepompongnya sebelum menjadi kupu-kupu. Setelah puas belajar mengenal kupu-kupu dan melihat langsung bagaimana kupu-kupu diternakkan, pengunjung juga bisa mengunjungi dan membeli suvenir untuk dibawa pulang. Berbagai kerajinan tangan seperti bros berbentuk kupu-kupu hingga kaus menjadi oleh-oleh dan tanda mata khas eduwisata ABP.
Pantai Ayah Pengunjung Boleh Menanam Bakau
Setelah berkunjung ke Kecamatan Alian, wisatawan bisa meneruskan perjalanan menuju Gombong, salah satu kecamatan yang dikenal memiliki obyek wisata menarik. Di antaranya adalah Pantai Ayah yang berjarak 40 kilometer dari kota Gombong. Selain menikmati keindahan pantai, di sana juga terdapat wisata edukasi yang tak kalah menarik, yakni berkeliling hutan bakau.
Ketua Komunitas Pecinta Lingkungan Pantai Selatan (KPL Pansela), Sukamsi, yang biasa memandu wisatawan berkeliling hutan bakau menjelaskan, sebelum menjadi obyek wisata seperti saat ini, bagian Pesisir Selatan ini memang sempat porak poranda diterjang tsunami. Akibatnya, menanam bakau menjadi salah satu solusi warga sekitar pantai.
Sukamsi sebagai penggagas komunitas pun kemudian mulai mengajak warga untuk melakukan penanaman bakau dan mengawasinya. Setidaknya, sejak tahun 2003, kegiatan tanam bakau ini sudah mencakup areal seluas 50 hektar dari 150 hektar lahan.
KPL Pansela juga membuka pintu lebar-lebar bagi pengunjung yang ingin berpartisipasi ikut menanam bakau. Hasil kerja keras Sukamsi dan KPL Pansela memang terlihat rimbunnya hutan bakau di sepanjang Pantai Ayah. Melihat potensi keindahan sekaligus pentingnya edukasi menanam bakau, KPL Pansela membuka trip berkeliling hutan bakau dengan perahu dan petugas KPL Pansela sebagai pemandu.
Selain bisa mendapatkan banyak informasi mengenai tanaman bakau, pengunjung juga bisa merasakan sensasi adventure berkeliling hutan bakau di sepanjang Pantai Ayah. Wisata edukasi ini memang tidak setiap hari bisa dijumpai karena kebanyakan pengunjung ramai datang di penghujung minggu.
Dengan biaya sebesar Rp250.000, pengunjung yang terdiri dari 8 hingga 10 orang dapat menaiki perahu dan mengikuti trip mengelilingi hutan bakau di Pantai Ayah. Bahkan apabila ingin mencoba menanam bakau langsung di lokasi, petugas KPL Pansela dengan senang hati akan menawarkan bibit bakau untuk ditanam.
Sayangnya wisata edukasi ini masih terbatas, karena selain minimnya kapal milik KPL Pansela, pihak Dinas Pariwisata pun belum melirik dan mendukung. Padahal, ujar Sukamsi, jasa membawa wisatawan mengelilingi hutan bakau dapat membantu ekonomi masyarakat sekitar. “Belum lagi soal sarana pendukung. Asal disediakan sarana pendukung yang memadai, wisata keliling hutan bakau bisa menjadi alternatif bagi pengunjung untuk menikmati liburan yang berbeda.”
Sukamsi dan komunitasnya tak lelah terus membangun dan mengenalkan eduwisata ini. Mereka bahkan mengupayakan ada jembatan agar pengunjung dapat menjelajah ke seluruh area hutan sehingga eduwisata dapat dinikmati dengan berbagai cara. Baik menjelajah lewat transportasi air dengan perahu ataupun berjalan-jalan dengan jembatan.
Agar eduwisata juga tidak mengganggu ekosistem bakau yang ada, teman-teman dari KPL Pansela selalu siap mendampingi dan memberikan informasi kepada pengunjung. Dengan pendampingan, biota di habitat bakau seperti burung ataupun kepiting juga tidak akan terganggu.
Roemah Martha Tilaar Wadah Kegiatan Budaya
Selain Pantai Ayah, eduwisata yang bisa dikunjungi di Kecamatan Gombong adalah Roemah Martha Tillar. Ya, ikon dan pendiri produk kecantikan sukses di Tanah Air ini mendirikan rumah budaya yang penuh kegiatan positif di Jalan Sempor Lama, Desa Wonokriyo, Gombong, Kebumen.
Berawal dari niat memberikan kontribusi bagi kota kelahirannya, sejak Desember 2014 lalu Martha Tilaar meresmikan rumah budaya ini. Selain menyajikan informasi seputar perjalanan hidup Martha Tilaar, Roemah Martha Tilaar juga mengadakan berbagai kegiatan sosial dan menyediakan wadah pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sekitar.
Bangunan bergaya arsitektur Belanda ini dulunya rumah milik Liem Siauw Lam, yang tak lain adalah kakek Martha. Rumah seluas 2.000 meter persegi ini memiliki ruang-ruang dengan beberapa fungsi. Dengan halaman depan yang luas, pengunjung dapat duduk nyaman di bawah pohon yang rindang. Beberapa kursi taman juga disediakan tersebar dan bisa menjadi spot foto menawan dengan latar belakang bangunan rumah yang diperkirakan didirikan tahun 1920-an ini.
Para pengunjung akan ditemani tour leader yang siap memberikan informasi mengenai sejarah rumah beserta isinya. Mulai dari teras rumah, atmosfir bangunan tua ini sungguh terasa. Memasuki ruang tamu, terpasang foto-foto lama pemilik rumah, silsilah keluarga dan foto masa kecil Martha Tilaar juga ikut menjadi pemandangan di ruang ini.
Empat ruang tidur dengan beberapa furnitur tua menyimpan ceritanya masing-masing. Setelah menyusuri lorong, pengunjung akan sampai di teras belakang yang difungsikan sebagai ruang makan. Halaman belakang yang luas pun dijadikan tempat berbagai aktivitas bagi para anggota komunitas. Berbagai pertunjukan seni juga sering digelar di rumah ini.
Terdapat dua paviliun mengapit rumah utama di tengah. Paviliun sebelah kanan difungsikan sebagai museum karena menjadi tempat tinggal dan tempat lahir Martha Tilaar selama sepuluh tahun. Sedangkan paviliun sebelah kiri dikemas sebagai ruang pamer produk Martha Tilaar, galeri UMKM Kebumen serta sebagai aula untuk kegiatan indoor.
Menariknya, di rumah ini pengunjung juga terlibat di berbagai kegiatan budaya. Untuk bisa menikmati rumah budaya ini, pengunjung tidak dikenakan biaya.
Swita Amalia
KOMENTAR