Tabloidnova.com - Suara bunyi batu pecah terdengar hingga ke jalan utama. Terlihat beberapa wanita tua dengan rambut yang sudah mulai memutih masih sangat kuat memalu batu sungai.
Salah satunya Wa Sahari (60), warga Kelurahan Masiri, Kecamatan Batuaga, Kabupaten Buton Selatan, yang sudah hampir sekitar 10 tahun bekerja menjadi penambang batu. Hal ini terus dilakukan untuk membantu mengobati suaminya yang sudah sakit-sakitan.
"Kita mau kerja apalagi, apalagi yang kita harapkan, kecuali kita berkebun. Apalagi suami sudah sakit lumpuh di rumah, jadi saya bekerja begini," kata Wa Sahari, Selasa (15/12/2015).
Wa mengaku membeli batu kali tersebut seharga Rp 350.000, kemudian ia pecahkan sendiri menjadi kecil. Batu yang sudah pecah ia jual kembali seharga Rp 800.000 per mobil truk.
Baca juga: Belasan Penambang Emas Terkubur, Tim Penyelamat Identifikasi Kehidupan Dalam Lubang
Memecahkan batu-batu kali bisa memakan waktu hingga 20 hari. "Keuntungan bisa dapat Rp 400.000 tapi kadang tidak menentu juga, kadang tidak ada yang beli batu juga. Uangnya saya belikan obat buat suami dan juga beli beras di warung untuk makan," tutur dia.
Di tempat terpisah, Zainab (46), mengaku baru setahun lebih menjadi seorang buruh penambang batu.
Dia bersama empat orang temannya menerima gaji per jam dari sang pemilik penambang batu. "Kami di sini semua wanita. Kami digaji Rp 7.500 per jam, dari jam delapan pagi sampai jam 12 siang. Kemudian kami lanjut lagi dari jam dua siang sampai jam lima sore," ucap Zainab.
Zaenab pun mengaku berkerja sebagai buruh penambang batu untuk membantu perekonomian keluarga. Penghasilan suaminya sebagai seorang nelayan dirasa tak mencukupi.
"Capek juga kerja begini, tapi kita bantu suami. setidaknya saya peroleh rezeki yang halal. Saya ambil gaji perbulan, saya bisa dapat Rp 500.000 per bulan. Dari gaji ini saya bisa biayai sekolah anak saya," ungkap dia.
Defriatno Neke / Kompas.com
KOMENTAR