Dalam sebuah kasus atau kondisi tertentu, menyusui bayi menggunakan susu formula dalam botol bukan secara langsung dari payudara merupakan realita yang bisa saja dialami oleh para ibu.
Seperti halnya cerita sejumlah ibu yang dirilis oleh Momtastic. Kondisi fisik yang sakit mau tak mau mengharuskan mereka memenuhi kebutuhan ASI dengan bantuan susu formula dalam botol. Ada perasaan rendah diri ketika mereka tidak seperti ibu menyusui lainnya, terutama saat mereka sedang berada di luar rumah atau ruang publik.
Ya, fenomena menyusui bayi dengan botol memang banyak yang menyayangkan. Namun, anjuran dokter serta kondisi kesehatan tertentu mau tak mau membuat mereka harus memilih menyusui bayi dengan botol. Sebut saja, pasien pejuang kanker payudara.
Baca: Produksi ASI Lancar Berkat Hypno-Breastfeeding
Cerita lain juga datang dari Chandra Fredrick, ibu muda asal Amerika yang menemukan kesulitan saat harus menyusui bayinya pertama kali. Ia memiliki suplai ASI yang begitu sedikit akibat kelainan Hashimotos thyroid yang mana tidak terdiagnosis sampai setelah ia melahirkan.
“Bayi laki-laki saya tidak mengalami kenaikan berat badan seperti perkembangan normal yang dibutuhkan semua bayi di dunia. Akhirnya saya harus memberi tambahan suplemen dengan susu formula. Awalnya saya merasa gagal sebagai ibu, khususnya soal persepsi bahwa semua ibu bisa meningkatkan suplai ASI dengan usaha yang ekstra,” ujar Chandra.
Karena kondisi yang dialaminya, Chandra pun mendapatkan dukungan dari Lactation Consultant and Support Center di Los Angeles yang sangat membantu.
Baca: Jual-Beli ASI Lewat Internet "Harusnya Tanpa Pamrih"
“Ini merupakan pengalaman yang sangat buruk. Saya merasa dihakimi, diintimidasi dan ditekan karena tidak bisa memberikan ASI yang semestinya pada bayinya saya,” cerita Chandra.
Tak ingin berputus asa, Chandra pun melakukan berbagai cara untuk bisa memproduksi ASI sendiri. Ia menempuh rekomendasi semisal clock pumping, baik sebelum, selama dan setelah menyusui. Chandra juga mengaku mengonsumsi obat yang tidak mendapat izin dari Food and Drugs Administration saking merasa depresinya.
“Saya stres, menangis dan sangat depresi setiap saat ketika anak saya haus dan menginginkan ASI. Ada perasaan campur aduk ketika harus menyusui anak menggunakan susu formula dalam botol. Bahkan, sampai suplai ASI saya kering dan kejadian ini berlangsung hingga ia berusia 5 tahun,” kenang Chandra.
Baca: Kondisi Yang Tak Membolehkan Ibu Memberi ASI
Rilis Inclusivision Project, Honda Beri Wadah Teman Color Blind Ekspresikan Diri
KOMENTAR