Tabloidnova.com - Saat memutuskan menikah muda di usia 20 tahun, Mona Ratuliu mengaku sama sekali tidak tahu apa yang harus ia hadapi. Yang terlintas dalam otaknya adalah, dengan menikah muda, ia jadi mempunyai teman bersenang-senang dan juga menemani hobinya jalan-jalan. Namun, pemikirannya itu kemudian dipaksa berubah total ketika ia langsung hamil, hanya selang sebulan ia melangsungkan pernikahannya.
“Saya menikah muda biar bisa jalan-jalan. Jarak umur saya dengan suami beda delapan tahun. Jadi, rasanya semua pas. Tapi baru sebulan nikah, saya sudah hamil. Karena masih muda itu, saya pun bingung bagaimana mengasuh anak. Saya ternyata belum siap menjadi ibu. Ujung-ujungnya, saya dan suami sering bertengkar karena saya ingin pakai pola asuh saya yang diturunkan dari ibu saya. Sementara, suami ingin pakai pola asuh gaya dia. Hasilnya, anak pertama saya sering ngamuk, maksa, teriak-teriak dan sering pakai ancaman kalau keinginannya tidak dituruti,” kenang Mona.
baca: Mona Ratuliu Kini Rajin Memasak, Ini Alasannya
Puncak kefrustasian Mona dalam mengasuh anaknya muncul ketika di satu ketika, anaknya yang paling besar itu bilang dia mau lari dari rumah karena merasa tidak cocok dengannya.
“Anak pertama saya bilang jika ibu suka memaksa kehendak, menyalahkan, menghukum dan membandingkan. Dia juga bilang kalau ibunya tukang bohong. Dia tidak suka punya ibu seperti saya. Mendengarkan ocehan dia, saya terus terang sangat terpukul. Rasanya seperti ditusuk. Pada saat itu, dia baru berusia 6 tahun. Apa jadinya jika kalau sudah lebih besar? Saya lalu menangis dan menelepon suami saya,” tambahnya.
Dari situlah, Mona menyadari jika dirinya memang belum siap menjadi ibu. Ia masih harus banyak belajar dari baca-baca buku dan cari seminar bagaimana jadi orang tua yang baik. Ia lalu sadar jika anaknya sebenarnya sangat melihat pada ibunya sebagai sosok panutannya. Dengan umurnya yang masih muda, jelas dirinya juga masih egois dan bukan sosok panutan yang benar. Akhirnya, Mona pun memutuskan untuk memulai hubungan yang baru dengan anaknya.
baca: Mona Ratuliu: Kami Merasa Semangat Lagi
“Saya minta maaf pada anak saya. Kita duduk berdua dan saya menceritakan situasi saya. Saya jelaskan semua jika saya belum siap menjadi ibu. Masih banyak harus belajar. Dan, dari situ, saya mulai belajar untuk mendengarkan pendapat mereka dan bagaimana menjadi ibu yang baik dan menyenangkan buat anak-anak saya. Itu sebabnya saya sering bilang pada anak saya kalau dia adalah pahlawan saya. Kalau bukan karena dia, saya akan terus tidak siap dan tidak kebuka soal ini. Saya tidak lagi mau skip untuk masalah belajar, termasuk belajar menjadi orang tua.”
Syanne/Tabloidnova.com
KOMENTAR