Sudah bukan hal baru lagi jika di zaman modern ini generasi anak muda sangat familiar dengan penggunaan gadget. Malah, usia pecandu gadget kini mulai merambah kelompok umur balita.
Gadget dianggap bermanfaat mendukung tumbuh kembang anak di era digital sekarang ini. Justru, para orangtua berlomba-lomba mengenalkan gadget sedini mungkin pada buah hatinya. Inilah penyebab utama anak jadi kecanduan gadget.
Menurut Elizabeth T. Santosa, Psikolog Pendidikan dan Anak, ada tiga ciri utama anak kecanduan main gadget, yaitu tantrum saat diminta berhenti bermain gadget, tidak merespon panggilan saat sedang bermain gadget, dan jika sudah sekolah, nilai akademisnya menurun.
Baca: Keseringan Main Gadget Bikin Anak Rentan Sakit Tulang Belakang
“Orangtua harus punya power ketika anak sudah menunjukkan gejala adiksi. Salah satunya dengan menentukan aturan baru. Jangan takut anak tantrum dan sebagainya. Justru orangtua yang harus berani mengendalikannya,” ungkap psikolog yang akrab disapa Lizie saat peluncuran buku Screen Time karya Tascha Liudmilla di Rumah Baca Kerinci, Jakarta (16/2).
Dikatakan Lizie, ada dua faktor penyebab anak betah memandangi layar gadget, yaitu orangtua yang tidak sadar mengabaikan anak, karena sibuk dengan gadget-nya sendiri dan orangtua yang kurang memahami bahaya paparan layar elektronik.
Baca: Resolusi 2016: 5 Trik Agar Balita Tak Kecanduan Gadget
Bahkan, maraknya pemakaian gadget pada anak-anak, membuat American Academy of Pediatrics merilis rekomendasi penggunaan gadget pada 2011 lalu, agar bayi berusia di bawah dua tahun sama sekali tidak boleh menonton televisi dan untuk anak yang berusia lebih besar, disarankan hanya boleh screen time maksimal dua jam per hari.
Dalam kesempatan yang sama, Tascha Liudmilla, penulis buku Screen Time mengungkapkan, dirinya berharap melalui buku tesebut dapat mengenalkan pada anak-anak perilaku penggunaan gawai yang baik tanpa mengabaikan keluarga dan orang di sekitarnya. Meski gawai adalah bagian dari aktivitas sehari-hari, terutama pada orang dewasa, setidaknya waktu pemakaian dibatasi.
Bestari Kumala Dewi/KompasHealth
KOMENTAR