Tabloidnova.com - Nama asli Ullcok adalah Ruslan Yusuf. "Ullcok itu nama gaulku di utara," ujar pria yang Juni 2016 nanti, berusia 26 tahun, Selasa (16/2/2016) siang.
Jika dilihat sepintas, Ullcok memang laiknya anak yang punya keterbelakangan "mental." Namun pria 26 tahun itu memiliki kemampuan tinggi dalam menghitung penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
Tubuhnya tambun. Cara berjalannya pun lambat. "Omm, jangan-ki terlalu cepat jalan," katanya kepada editor Tribun, yang mentraktirnya makan di Kantin Iboe, Jl Cendrawasih nomor 430 Makassar, Sulawesi Selatan, kemarin. Ukuran lingkatan celananya 35 cm.
Meski sudah seusia sarjana S1, tinggi badan dan cara bicaranya laiknya, anak usia kelas 1 SMP.
"Waktu saya sudah sembuh sakit, saya dulu sering dilempar batu sama anak-anak kecil di Galangan Kapal," ujarnya, tentang pengalaman masa kecil dan remajanya.
Baca juga: Miris, Bocah Genius Asal Bogor Itu Kini Hidup Terlunta-lunta
Meski terlihat lamban, dan sering dapat cemooh, namun kemampuan kalkulasi bilangannya, mendapat pujian dari oleh Prof Hadi Susanto, penulis buku Tuhan Pasti Ahli Matematika (Bentang, 2015).
"Ullcok ini idiot savant matematika Indonesia," kata Associated Professor in Applied Mathematics, University of Essex, UK, mengomentari video Ullcok, Minggu (14/2/2016) lalu.
Idiot savant, kata Hadi Santoso, disebut juga sindrom savant. Ini adalah kondisi seseorang dengan keterbatasan mental (IQ rendah) tapi mempunyai kemampuan hebat dalam satu-dua hal jauh melebihi kemampuan orang kebanyakan.
Kemampuan lebih mereka biasanya dalam bidang seni rupa, musik, perhitungan kalender, aritmatika, dan kemampuan spasial.
Istilah idiot savant diperkenalkan pertama kali oleh John Down, orang yang sama yang kita kenal dengan istilah 'Down syndrome'.
Penghitungan dua digit bahkan tiga digit, Ia libas dengan cepat. Waktu menghitungnya pun terbilang cepat. Main hitungan detik.
"Kemampuan Ulcok luar biasa. Bisa menghitung cepat. ulcok sebagai kalkulator berjalan," ujar Amran, doktor ilmu matematika terapan dari F-MIPA Universitas Negeri Makassar, saat menguji Ullcok.
Edi Sumardi / Tribun
KOMENTAR