Tabloidnova.com - Kondisi seorang bocah Satrio (5) asal Kabupaten Wakatobi memprihatinkan. Sudah tiga hari, ia harus mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Baubau karena menderita gizi buruk.
"Dia sudah tiga hari di rawat di rumah sakit ini. Saya bingung bayar biaya pengobatannya, saya tidak punya pekerjaan tetap, hanya gali tanah wc saja kalau ada orang yang ajak," kata Ismail (49), orangtua Satrio, Rabu (2/3/2016).
Saat ini kondisi anaknya belum ada perkembangan. Ia hanya terbaring lemah dengan balutan infus di kaki kirinya. Terlihat kulitnya hanya membungkus tulangnya saja.
Ismail yang tinggal di Kelurahan Taipabu, Kecamatan Binongko, Kabupaten Wakatobi, menambahkan anaknya sudah tiga tahun menderita gizi buruk.
"Tapi selama ini tidak ada perhatian dari pemerintah di sana. Tiga tahun ini berat badannya mulai menurun dan minggu lalu dia sakit panas," tuturnya.
Setelah lima hari dirawat di rumahnya, Ismail dan istrinya, Nursia (39) langsung dibawa ke puskesmas. Setelah mendapatkan perawatan, rupanya ia disarankan untuk rujuk di RSUD Kota Baubau.
"Kata dokter di rumah sakit ini, anak saya menderita gizi buruk. Baru kata dokter, musti dirawat sekitar sebulan lamanya agar bisa melihat perkembangan kondisi anak saya. Tapi kalau sebulan sudah sangat lama, saya mau bayar pengobatan pakai apa," ucap Ismail.
Baca juga: Kisah Paulus yang Dikira Sudah Meninggal, Ternyata Hanya Kelaparan
Nursia menambahkan, saat ini ia bersama suaminya belum mempunyai BPJS. Sehingga untuk menebus biaya obat di apotek, keluarganya saling membantu, patungan membayar obat.
"Sampai suami saya bilang kita pulang saja, karena kita bingung biaya di rumah sakit bagaimana, apalagi sampai sebulan. Semalam kita beli obat ada sampai Rp 1 juta, keluarga mulai patungan Rp 200.000 bayar obat," ungkap Nursia.
Ia berharap agar pemerintah daerah bisa membantu atau meringankan biaya pengobatan terhadap anaknya.
Secara terpisah, Humas RSUD Kota Baubau, Arsan, mengatakan, penanganan medis terhadap penderita gizi buruk tetap dilakukan tanpa melihat kondisi keluarga pasien.
"Yang kami utamakan dahulu adalah penanganan medis terhadap pasien. Mengenai biaya nanti belakangan. Kalau BPJS kita belum tahu, mungkin keluarga pasien harus segera mengurusnya. Tapi yang kami utamakan adalah penanganan medisnya," ujar Arsan.
Defriatno Neke / Kompas.com
KOMENTAR