Seperti halnya kelompok usia dewasa, anak-anak juga mengalami fase psikologis yang berbeda-beda di masa pertumbuhannya. Ada yang karena pengaruh lingkungan sekitar, ada pula yang disebabkan oleh watak asli mereka, atau bahkan rasa tertekan karena sikap orangtua.
Jadi, sebelum Anda salah menilai atau justru telat memahaminya. Yuk, kenali 5 ciri anak sedang depresi atau mengalami masalah.
Takut memandang atau menatap Anda
Anak-anak yang sedang dalam masalah atau depresi, akan menhindar atau merasa takut untuk memandang orang tuanya. Hal ini akan dilewati pada setiap anak yang sedang stres atau depresi. Anak juga tidak mau berbicara tentang apa yang ada di pikiran mereka.
Kehilangan semangat
Tanda pertama dari depresi pada anak adalah hilangnya gairah atau minat dalam aktivitasnya, termasuk aktivitas yang ia sukai. Jika melihat perubahan tersebut, berarti ada sesuatu yang mengganggu mereka.
Baca: Anak Kecil Juga Bisa Stres, Lo
Nilai akademisnya menurun
Prestasi akademik anak juga menjadi indikator dari depresi. Meski tak berarti anak harus selalu mendapat nilai akademik yang tinggi, namun bila mereka mengalami penurunan yang drastis, maka orang tua harus khawatir tentang hal ini. Kurangnya konsentrasi dan depresi akan mengakibatkan anak mendapat nilai yang rendah.
Terlihat letih dan lesu
Umumnya, anak-anak selalu penuh energi dan kegembiraan. Bila mereka tampak tak bersemangat dan mudah lelah, bisa saja mereka kekurangan energi yang kemudian membuat mereka depresi karena tidak termotivasi untuk melakukan sesuatu.
Baca: Dampak Psikologis Sering Biarkan Anak Ngambek Sampai Menangis
Mudah murung dan marah
Seorang anak yang depresi biasanya berada dalam suasana hati yang buruk. Mereka cenderung marah atau menangis, bahkan jika soal masalah yang sangat sepele saja.
Setelah Anda menemukan 5 tanda anak mengalami depresi, maka sebaiknya segera melakukan tindakan yang membuat anak bisa kembali merasa tenang dan gembira. Lakukan pendekatan persuasif dengan cara lembut agar anak mau mengungkapkan isi hati dan masalahnya. Hindari memaksanya menjawab atau mengatakan apa yang sedang dialaminya. Komunikasi yang terjalin secara intensif akan membuat anak merasa diterima, dilindungi dan dimengerti.
Monalisa Darwin D./intisari-online.com
Sumber: Magforwomen
KOMENTAR