Aska Primardi, Praktisi psikologi mengutarakan, pasien epilepsi alias ODE (Orang Dengan Epilepsi) baru akan terlihat keluhan kesehatannya saat ia mengalami kejang.
"Ketika ia tidak mengalami kejang, maka ODE nampak seperti orang normal pada umumnya. Perlu diingat, ODE dapat menjalankan berbagai macam jenis aktivitas seperti orang normal, tetapi yang perlu diingat adalah daya tahan tubuh ODE yang lebih lemah," terangnya.
Ia memaparkan hal tersebut saat menjadi pembicara dalam seminar ‘YES I CAN: Saya pasti bisa! Saya harus bisa!’, yang bertujuan untuk mendukung penyandang epilepsi agar dapat mengenali dan mengembangkan potensi dirinya.
Untuk itu, perlu juga diketahui jenis-jenis kejang dalam epilepsi dan bagaimana bentuknya. Sehingga ketika ODE mengalami serangan ini, orang di sekelilingnya paham apa yang harus dilakukan.
Perlu diketahui, kejang pada epilepsi tidak harus berbentuk kejang kelojotan disertai mulut berbusa. Jika aktivitas listrik yang berlebihan di sel saraf mengenai semua kedua belah otak disebut kejang umum dan jika hanya sebagian atau daerah tertentu disebut kejang fokal/parsial. Bisa juga terjadi keduanya, yaitu kejang fokal.
Selain itu kejang fokal dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik seperti motorik, sensorik, otonom, emosi dan memori.
BACA: Mengenal 3 Penyebab Epilepsi
Ini dia jenis-jenis kejang pada pasien epilepsi dan cara mengatasinya:
1. Kejang Umum
a. Tonik-Klonik
Jenis kejang pada epilepsi ini yang sering membuat cemas orang tua dan tampak menakutkan. Serangan dimulai dengan anak menangis. Lalu tubuh, tangan, dan kaki tampak kaku selama 30 - 60 detik, diikuti kaki dan tangan kelojotan selama 30 - 60 detik.
Kadang, serangan kejang pada epilepsi ini juga disertai trauma (lidah tergigit) dan mengompol. Napas tampak berat dan dapat berhenti beberapa detik. Kejang pada epilepsi ini biasanya berlangsung selama 1 - 2 menit. Setelah serangan tersebut, biasanya anak tampak bingung, lelah, dan kembali tidur.
KOMENTAR