Perasaan cinta itu tumbuh ketika Ismawati sakit dan Sujoko merawatnya dan membawakan makanan serta menyuapinya. "Saat itu bapak bilang dek piye (gimana) kalau kita nikah saja," jelasnya.
Tapi dia sempat menolak karena ingat dengan janjinya pada suami pertamanya. Perempuan asli Banyuwangi tersebut kemudian bercerita kepada pengurus Panti Lanjut Usia tentang permintaan untuk menikah.
"Pengurus bilang kalau Pak Joko baik dan shalatnya rajin. Akhirnya saya mau," katanya sambil tersipu menutupi mulutnya.
Berbeda dengan Ismawati, Sujoko mengaku memiliki dua anak dengan istri pertamanya. Tapi kedua anaknya tidak ada kabarnya. Sedangkan istrinya berangkat menjadi TKW ke Arab dan tidak pernah kembali. Dia mendapatkan kabar jika istrinya telah menikah lagi sana.
"Saya ini di Banyuwangi kan sendiri soalnya saya asli Malang. Pas lihat pertama Bu Ismawati ya langsung suka aja terus saya ajak nikah. Sempat ditolak tapi akhirnya di terima dibantu sama pengurus," jelasnya.
Sehari-hari, Sujoko bersama dengan penghuni panti lanjut usia yang masih kuat bercocok tanam di halaman depan dan belakang panti. Mereka menanam kacang dan ketela.
"Hasilnya lumayan dan biar badan ini nggak kaku kaku kalo dbuat tidur terus. Tapi yang penting saya selalu memastikan istri saya tidak telat makan. Saya akan jaga dia karena dia tidak punya siapa siapa lagi kecuali saya," katanya sambil memandang istrinya dan menggenggam jemarinya.
Pernikahan mereka dilakukan secara sederhana di aula panti dan dihadiri semua penghuni panti pada Maret 2016 setelah 8 bulan sejak pertemuan mereka untuk pertama kali.
"Ada tumpeng sama hiburan musik electone. Dikasih spanduk juga ada nama saya dan istri. Itu saya simpan di bawah dipan buat kenang kenangan, " kata Sujoko dengan sumringah.
Ira Rachmawati / Kompas.com
KOMENTAR