Memanfaatkan barang-barang yang sudah ada menjadi sebuah hunian nan nyaman bukanlah hal sulit. Botol-botol bekas pun bisa menjadi ruangan unik yang berfungsi bahkan memiliki nilai estetika tersendiri.
Pemandangan pertama yang menarik dari rumah yang terletak di perumahan Ozone, Jakarta Selatan ini adalah botol-botol warna hijau yang disusun rapi di bagian depan rumah. Sepintas seperti garasi, namun siapa sangka di balik tumpukan botol tersebut ternyata ada ruangan mencuci dan menjemur yang tidak kelihatan dari luar.
Menurut Sang Empunya rumah, Bima Aryo Wicaksono dan Dewi Permata Sari, rumah seluas 89 m2 ini dibikin dengan konsep low budget.
Tak heran, botol-botol bekas yang berjumlah 600 buah tersebut adalah salah satu konsep low budget tersebut. Meski botol bekas namun menjadi daya tarik sendiri dari rumah bergaya industrial ini.
Menurut Bima, saat membangun rumah ada beberapa unsur yang diutamakan. “Yang pertama, tentu saja kebutuhan ruangan harus terpenuhi mulai dari kamar tidur, kamar mandi ada di bawah dan atas, servis area, tempat cuci jemur, kamar asisten rumah tangga, kamar mandi, dan dapur.”
Selain itu, harus ada interaksi antara ruang dalam dan luar. “Rumah harus mendapatkan cahaya dan udara yang banyak. Berhubung lahan terbatas jadi harus pintar membuar ruangan. Akhirnya saya minta bantuan Mas Yu Sing arsitek dari Studio Akanoma,” tutur Bima.
Irit Biaya
Ternyata ide Bima sejalan dengan konsep yang selama ini dilakukan Yu Sing dalam membangun rumah. “Niat saya didukung sekali oleh Mas Yu Sing, yaitu bagaimana caranya menggunakan sedikit mungkin material dalam membangun.”
Semula istri tidak terlalu suka dengan konsep tersebut, tapi seiring waktu apalagi sekarang desain industrial lagi disukai orang, istri pun setuju, “Banyak, kan, kafe yang memakai desain industrial, jadi suasananya malah enak seperti di kafe.”
Beberapa hal yang disederhanakan, misalnya, untuk lantai cukup disemen saja, lalu di-coating. “Sehingga tidak perlu repot memakai keramik. Keramik Kunci dipakai di kamar mandi lantai bawah.”
Begitu juga dengan plafon. “Tadinya mau memakai plafon. Hanya saja menurut Mas Yu Sing, plafon itu perlu perawatan, belum lagi kalau kena air atau bocor. Akhirnya, memakai bondek yang tidak perlu dirawat dan tidak ada istilah rusak.”
Bondek adalah baja ringan yang digunakan sebagai pengganti papan atau triplek. “Kalau di rumah ini, disangga memakai plat baja.”
Barang Bekas
Rumah ini pun banyak menggunakan material bekas mulai dari pemakaian pallet (kayu peti kemas), pintu ruangan dari bekas bongkaran rumah tua.
“Tapi tidak mengurangi kualitas dari material rumah tersebut. Justru lebih bagus dan tahan lama karena kayu yang dipakai adalah kayu jati dari rumah lama.”
Begitu juga dengan kumpulan botol untuk ruang cuci jemur dibuat dari botol-botol bekas yang dibeli dari pengepul.
“Dari luar tidak kelihatan sekaligus sebagai estetika. Caranya, botol disusun berlawanan ke atas dan ke bawah. Agar bisa berdiri dijepit dengan wermes ukuran 5 x 5 cm, lalu di las. Biar tidak kena air hujan botol yang menghadap ke atas ditutup pakai karet.”
Uniknya, ruangan botol itu menjadi servis area yang sengaja diletakkan di depan rumah. “Kami menginginkan rumah yang tidak sumpek, ada taman di samping dan bukaan. Berarti area mewah tersebut harus ada di belakang. Tentu saja ruang servis area tidak mungkin berada di belakang karena keterbatasan lahan. Akhirnya, kami memilih di depan.”
Mulai dari mencuci, menjemur, masak, kamar asisten rumah tangga ada di depan. “Ini juga memudahkan pengawasan saat ada tamu yang datang,” kata Bima yang mengisi rumahnya dengan furnitur kuno. “Saya suka furnitur bekas, selain sangat pas ditempatkan di sini, furnitur tersebut masih memiliki nilai jual.”
Rumah Tumbuh
Bisa dikatakan rumah ini adalah rumah tumbuh dimana Bima membuat cangkangnya lebih dahulu. “Jika suatu saat dibutuhkan penambahan tidak terlalu sulit, karena menggunakan sistem knock down atau partisi.”
Sementara ini, buah hati mereka, Lebella Almira, masih tidur bersama keduanya. “Kebetulan saat ini istri sedang hamil anak kedua sehingga kami akan menambah 2 kamar tidur. Konsepnya sudah disiapkan di lantai dua, tinggal dikasih pastisi dan dibuatkan mezanin.”
Bahkan pintu untuk balkon kamar anak pun sudah dibuat begitu juga instalasi listrik, AC, lampu, jendela sudah disiapkan. “Jadi, tidak perlu semen atau pasir, hanya kayu dan besi saja sehingga saat penambahan rumah tidak berantakan.”
Lalu, di mana sudut favorit mereka? “Sudut favorit kami di ruang tengah atau teve, sangat pas kami bisa melihat ke taman. Kami ingin menikmati terus keindahannya dari tempat duduk ini,” tandas Bima sambil tersenyum. “Menurut kami rumah ini sudah sesuai dengan impian kami.”
Rumah 2 Tahap
Menurut Aryo Mahardika, salah satu arsitek dari Studio Akonoma, Yu Sing sebagai arsitek principal, yang memberi ide awal dan membuat denah ruang. “Sedangan saya ke pengembangan desain, bentuk rumah, spesifikasi material, ruang dalam, serta detail-detailnya.”
Jika ditanya bagian mana yang paling unik, di mata orang awam dinding botol adalah yang paling menarik. “Karena bentuknya semi transparan, dari luar enggak bisa melihat ke dalam, tapi cahaya masih tembus,” jelas Aryo sambil mengatakan rumah ini dibuat dengan budget terbatas.
Akhirnya, rumah pun didesain 2 tahap. “Tahap pertama, yang saat ini sudah terbangun untuk mewadahi aktivitas dasar saja, seperti istirahat, makan, mandi, menerima tamu, dan lain-lain.”
Sementara tahap kedua, akan dibuat sekat untuk kamar anak dan mezanin di lantai 2 dan kamar tidur utama. “Berhubung anak masih kecil dan masih tidur dengan orangtua maka kamar tidur anak belum diperlukan. Rumah diisyaratkan tidak jauh dari desain rumah yang sudah dibangun pengembang.”
Untuk mengakali keterbatasan biaya maka dibuat unfinished dengan bata, semen, dan lain-lain. “Juga dengan menggunakan material bekas seperti kayu pallet, waferboard, botol dan lain-lain,” jelas Aryo.
Noverita K. Waldan
Lokasi: Kediaman Bima Aryo Wicaksono dan Dewi Permata Sari di Jakarta Selatan.
Arsitek: Yu Sing Studio Akanoma Jl. Tipar Timur Rt. 02 RW. 14, Desa Laksana Mekar Padalarang, Bandung Barat (yusinglim@yahoo.com, akaranomali@gmail.com)
Foto-foto: Adrianus Adrianto/NOVA
KOMENTAR