Pertarungan di arena Olimpiade memang bukan hal yang mudah, bahkan untuk pemain senior sekalipun. Besarnya tekanan dan beban di pundak para atlet di ajang olahraga terakbar 4 tahunan ini, sering membuat mereka tak mampu mengeluarkan kemampuan terbaik.
Sebelum berhasil meraih medali emas di Olimpiade Rio 2016, rasa tegang dan grogi juga dirasakan Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir.
"Pressure di olimpiade memang luar biasa, walaupun sudah berpengalaman main di olimpiade, pasti ada beban, tekanan tinggi. Apalagi kami tinggal sendiri, dan hari ini adalah hari kemerdekaan Indonesia, maunya kami memberikan yang terbaik. Pokoknya perasaannya campur aduk lah," cerita Liliyana usai berlaga.
Bahkan Butet, begitu ia biasa disapa merasa tegang, "Saya akui waktu masuk lapangan, saya merasa tegang, di awal mainnya juga kurang lepas. Tetapi waktu sudah 'panas', saya bisa jaga tempo permainan, lebih rileks dan jaga kekompakan dengan Owi (Tontowi)," tambahnya.
Perolehan skor Tontowi/Liliyana di gim kedua sempat nyaris terkejar oleh Chan/Goh, 12-10. Menang dengan skor meyakinkan, siapa sangka ternyata Tontowi/Liliyana sempat ‘goyang’ di pertengahan gim kedua. Lalu apa yang membuat mereka bangkit?
"Waktu di gim kedua, kondisinya itu kami lebih enak untuk menyerang, kalau main bertahan agak kurang aman. Jadi waktu di depan net, bagaimana caranya saya harus menurunkan bola. Tetapi ternyata sudah dijagain oleh lawan, saya yang maksa menurunkan bola, malah jadi mengangkat bola, saya terpancing dan buru-buru," kata Liliyana.
"Saat itu Owi berkata kepada saya 'Enggak apa-apa cik, saya siap back-up di belakang. Cik Butet tenang aja jaga di depan. Cici lebih unggul kok (permainan) depannya'. Kata-kata Owi ini membuat saya makin semangat dan percaya diri. Setelah break, saya rileks saja, toh di gim pertama saya sudah menang juga, seharusnya lawan yang under pressure," ungkap Liliyana.
Kekompakan Liliyana dan Tontowi pun akhirnya berbuah manis. Tak hanya berhasil meraih satu-satunya medali emas untuk kontingen Indonesia dan memberi kado terindah untuk HUT RI ke-71, Tontowi/Liliyana juga memecahkan rekor untuk sektor ganda campuran yang akhirnya sukses mencetak prestasi emas di olimpiade, setelah sebelumnya dua kesempatan emas di final gagal diraih di Olimpiade Sydney 2000 dan Olimpiade Beijing 2008.
"Saya dan Owi seperti belum percaya bisa juara. Tetapi, kami sangat bersyukur. Kami berterima kasih buat keluarga, pelatih, dan seluruh masyarakat Indonesia yang mendoakan. Akhirnya kami bisa mempersembahkan emas untuk Indonesia," kata Liliyana seperti dikutip situs web badmintonindonesia.
"Ini kado terindah dari Tuhan. Kado ini saya persembahkan untuk Indonesia bertepatan dengan hari kemerdekaan. Kami bersyukur kepada Tuhan. Terima kasih untuk istri, anak, keluarga, pelatih, dan semuanya yang mendukung selama ini," kata Tontowi menimpali.
Kemenangan mereka merupakan emas pertama untuk sektor ganda campuran. Terakhir, pada Olimpiade Beijing 2008, Nova Widianto/Liliyana Natsir meraih medali perak. "Kami sudah lega banget mendapat hasil ini. Setelah ini mau istriahat dulu, refreshing karena selama ini bebannya cukup berat menuju olimpiade," ujar Liliyana.
Penulis | : | nova.id |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR