Berbagai hambatan yang mengadang tak membuatnya pasrah dan menyerah. Berbekal keyakinan serta semangat pantang putus asa, Ike, demikian ia biasa dipanggil, berhasil mengubah roda kehidupannya. Berikut kisah perjalanan mantan buruh pabrik yang kini pemilik sebuah perusahaan di bidang jasa terkemuka di Indonesia.
Perusahaan yang kumiliki saat ini bergerak di bidang Event Organizer (EO). Dulu, semua jenis kerjaan kuambil, tapi kini makin mengerucut ke bidang corporate value. Perusahaan-perusahaan, kan, sering membuat acara tahunan seperti employee atau family gathering. Nah, aku lebih suka acara-acara seperti itu.
Kenapa? Mungkin karena aku juga pegawai dan menurutku itu momen yang bagus agar perusahaan mendapat output, enggak sekadar kumpul-kumpul saja. Dikemas dengan cara menyenangkan dan kami dapat memberikan laporan kegiatan yang kemudian dijadikan masukan top management.
Semua berawal dari niatku dan suami menambah pemasukan. Walau kami berdua bekerja, aku merasa sudah tidak nyaman lagi. Kebetulan, suami pernah berkecimpung di dunia outbond. Lalu kami kepikiran membuat sendiri kegiatan outbond kecil-kecilan di tahun 2010. Ketika itu kami masih di-support sebuah perusahaan EO. Dari situ aku coba belajar membuat bisnis EO sendiri.
Aku mulai memperkenalkan diri ke beberapa perusahaan. Karena belum punya perusahaan dan belum dikenal, tentu saja aku sering ditolak. Tapi, enggak apa-apa, yang penting harus dicoba. Kalau belum kepentok, berdarah-darah, jangan menyerah. Awalnya lewat telepon. Kalau enggak ada tanggapan, aku datangi. Pokoknya terus aku usahakan sampai ada tanggapan, sekalipun itu penolakan. Bahkan pernah aku mendapat penolakan yang menyakitkan. Tak apa-apa lah, yang penting tetap semangat. Waktu itu masih dapat sedikit-sedikit tawaran.
Tahun 2012, aku dan suami mendirikan perusahaan sendiri bernama PT Kreasi Alam Inspirasi. Nama itu kupilih karena suami punya blog bernama Alam Inspirasi. Belum ada ciri khas. Apa aja kami kerjakan sesuai keinginan klien. Ketika kemudian kami mendirikan PT, kami akhirnya bisa masuk ke Kementerian dan BUMN.
Dari situ, kami mulai menyusun konsep yang memiliki ciri khas, yakni membuat laporan kegiatan yang dapat digunakan top management untuk menerapkan keputusan. Pelaporan seperti apa? Misalnya ketika menuju lokasi acara dan kami sedang di atas bus, kami berikan beberapa games untuk mencairkan suasana. Membuat peserta nyaman dan membangun rasa trust. Secara bersamaan, dalam permainan itu kami sudah melakukan penilaian karakter dari setiap peserta.
Setiap individu, kan, beda-beda karakternya. Masing-masing akan ditangani supaya keseluruhan acara berjalan baik. Jika peserta happy, maka jalannya kegiatan pun bakal bagus. Hasilnya kami kumpulkan dalam laporan. Laporan seperti inilah yang kemudian berguna bagi perusahaan.
Wajib Kreatif
Tahun 2014, kami menangani banyak event, seingat saya 27 event. Tahun 2015, kami lebih fokus dalam corporate value, sehingga kami lebih selektif dalam menerima tawaran yang masuk. Jadi, ada beberapa yang terpaksa kami menolaknya. Selain itu, instruktur yang kami miliki juga terbatas supaya kualitas terjaga. Akibatnya, ada perusahaan yang mengubah jadwalnya agar bisa kami tangani.
Semua peserta kami tangani secara personal dan justru membuahkan berbagai pengalaman yang menarik. Misalnya, ada seorang peserta dari sebuah perusahaan yang ternyata nama tiket pesawatnya berbeda dengan KTP-nya. Setelah ditangani, kami ketahui bahwa dia ditugaskan untuk menggantikan seorang peserta yang berhalangan ikut.
Segera kami urus ke bandara, sampai bapak itu akhirnya bisa berangkat walau beda pesawat. Ternyata, bapak yang bekerja menjadi office boy itu baru pertama naik pesawat. Dia senang sekali bisa berangkat naik pesawat. Kami juga ikut senang, karena bisa membuatnya bahagia dan acara berjalan dengan lancar.
KOMENTAR