Subagio (29) bersemangat saat bercerita tentang dugaan bayinya tertukar meski kemarin malam baru saja menempuh perjalanan jauh dari daerah asalnya di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), ke Denpasar, Bali.
Kedatangannya ke Bali kemarin adalah kali ketiga untuk mengurus hasil tes DNA yang ia jalani bersama istri dan seorang bayi pada 31 Agustus lalu.
Subagio melakukan serangkaian tes DNA untuk memastikan dugaan bahwa bayinya telah tertukar dengan bayi lain saat dilahirkan di RSUD Bima NTB lewat operasi caesar pada 22 Agustus lalu.
"Hasil tes DNA di RSUP Sanglah yang diberikan pada kami pada 29 September lalu sebetulnya sudah jelas, yakni bayi yang saat ini bersama kami bukanlah anak kandung kami. Namun, tes DNA pembanding yang diajukan oleh pihak RSUD justru menghasilkan yang sebaliknya, yakni bayi itu memang anak kandung kami," kata Subagio ketika dihubungi, Rabu (9/11/2016).
"Karena itu, kami sekarang kembali ke RSUP Sanglah untuk meminta klarifikasi tentang hasil tes DNA di sini. Saya sendiri jadi bingung kok bisa hasil tes DNA yang ilmiah itu berbeda meskipun sampel yang dites berasal dari orang-orang yang sama," imbuh Subagio. Bayi diduga tertukar usai operasi sesar
Kisah tentang dugaan bayi tertukar itu berawal pada 22 Agustus lalu. Saat itu istri Subagio, yakni Sumarni (28), menjalani operasi caesar di RSUD Bima.
Baca juga: Bayinya Tertukar dan Meninggal, Sang Ayah Tuntut Rumah Sakit karena Tolak Tes DNA
Setelah bayinya dilahirkan, Subagio yang terus menunggu di dekat ruang operasi kandungan, ingin melihat bayinya. Belum sempat masuk ke tempat bayinya dirawat, ada seseorang yang sepertinya pasien keluar dari ruang operasi kandungan.
Ia membawa seorang bayi. Subagio sempat bertanya pada perempuan yang dianggapnya pasien itu. "Saya tanya, ibu mau ke mana bawa bayi itu? Kemudian ibu itu menjawab "saya mau rawat di rumah saja biar aman," ujar Subagio menirukan perkataan pasien ibu-ibu itu.
Subagio sempat bertanya-tanya dalam hati dari mana orang itu masuk, sedangkan ia merasa istrinya yang masuk lebih dulu ke ruang operasi, dan semestinya lebih awal keluar.
Karena ia kemudian melihat bayinya agak cacat, Subagio mulai menduga-duga bahwa bayi yang dibawa keluar oleh pasien lain itu bisa jadi adalah bayinya. Tapi, kecurigaan tersebut masih disimpannya.
Karena terus terusik dengan dugaan bayi tertukar kendati si bayi sudah dibawa ke rumahnya, Subagio pun melakukan tes golongan darah si bayi. Hasilnya, si bayi bergolongan darah O, padahal Subagio dan istrinya bergolongan darah B.
Ia pun melaporkan hal itu ke RSUD Bima, dan mulai mengungkapkan tentang dugaan tertukarnya bayi yang selama ini dipendamnya.
Pihak RSUD yang dilaporinya menjawab bahwa prosedur yang dilakukan rumah sakit sudah benar, sehingga RSUD Bima tidak bisa menerima alasan Subagio tentang dugaan tertukarnya bayi.
"Karena itu, saya, istri dan bayi pada 31 Agustus melakukan uji DNA di RSUP Sanglah. Tanggal itu sampel DNA kami diambil dan diuji laboratorium. Pada 29 September, kami mendapatkan hasilnya dari RSUD Sanglah yang menyatakan bahwa bayi itu bukan anak kandung kami," kata Subagio.
Bayi laki-laki yang telah diberinya nama Ayatullah Baqir itu saat ini masih dirawat dengan baik oleh Subagio dan istrinya di rumah. Karena RSUD Bima tetap ngotot bahwa bayi itu anak kandung Subagio kendati sudah ditunjukkan hasil tes DNA di RSUP Sanglah, akhirnya kasus tersebut dilaporkannya ke Polres Bima.
Pihak RSUD Bima kemudian meminta dilakukan tes DNA pembanding. "Sampel DNA saya kemudian diambil untuk diuji kecocokannya dengan sampel DNA bayi. Katanya, sampel itu dikirimkan ke Puslabfor Mabes Polri. Pada 8 November lalu, hasil uji DNA di Puslabfor diberitahukan kepada kami, dan hasilnya sangat mengejutkan kami. Berbanding terbalik dengan uji DNA di RSUP Sanglah," kata Subagio.
Sebetulnya, Subagio sama sekali tidak keberatan untuk merawat bayi agak cacat yang diduganya sebagai bayi tertukar itu.
"Kalau memang dia terbukti sebagai anak saya, saya ikhlas menerimanya apapun keadaannya. Tapi, kalau tidak terbukti anak saya, kan harus dicari dimana anak saya sesungguhnya," kata Subagio, yang selama di Bali tinggal di rumah kerabatnya di Tuban, Kabupaten Badung.
Sementara itu, Kepala Bagian SMF Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, dr Ida Bagus Putu Alit, membenarkan bahwa dirinya akan bertemu dengan Subagio pada Kamis (10/11/2016) pagi ini.
Alit menjelaskan bulan September lalu Subagio telah melakukan pemeriksaan tes DNA di instalasi forensik. Alit menerangkan, pemeriksaan DNA yang dilakukan oleh RSUP Sanglah bersifat non litigasi. Itu berarti hasil pemeriksaan bukan untuk digunakan bagi keperluan hukum.
Disebutkan, hasil uji DNA itu juga sudah ada, dan keluar pada September lalu. Namun, Alit menyarankan pada Subagio untuk melanjutkan pemeriksaan DNA lagi di tempat yang lebih baik agar hasil yang didapat lebih akurat.
"Sudah ada hasilnya, besok (hari ini) saja ya informasinya," ujar Alit yang enggan menjelaskan hasil DNA milik Subagio.
Dewi Agustina / Tribunnews
KOMENTAR