Profesor Eko Supriyanto, seorang pria kelahiran Kabupaten Demak, Jawa Tengah, berhasil menemukan alat pendeteksi gejala pikun atau yang dikenal alzheimer.
Eko mengatakan, alat tersebut bisa mengenali gejala alzheimer sejak usia remaja. Gejala alzheimer bisa dibuktikan melalui kajian ilmiah.
Menurut Eko, melalui alat ciptaannya, gejala pikun bisa diketahui 30 tahun sebelum memasuki usia tua.
“Alzheimer bisa diketahui 30 tahun sebelum masuk usia tua. Kami deteksi melalui kegiatan dia dan wawancara psikologi,” kata Eko di Semarang, Selasa (29/11/2016).
Cara mengetahui gejala pikun ini, kata dia bisa diukur melalui pola olahraga sesorang.
Baca juga: Hebat, Siswa SMK Ciptakan Alat Pendeteksi Banjir dari Sikat Gigi Bekas
Calon pasien, misalnya, bisa dideteksi dengan olahraga bersepeda di tempat, lalu diukur detak jantungnya apakah 120 persen atau tidak. Kemudian, dicek lagi aliran darah di sekitar pembuluh darah. Setelah itu, barulah dites secara psikologi.
Eko mengatakan, alzheimer sesungguhnya dipengaruhi oleh pola hidup. Jika pikiran sehat didukung olahraga yang rutin maka bisa memundurkan gejala itu.
“Tapi kalau stres, umur alzheimer bisa maju lebih cepat. Kalau pola makan diatur, olahraga, bisa saja (gejala pikun) mundur ke belakangnya,” kata dia.
Eko sendiri menciptakan alat pendeteksi alzheimer pada 2010 lalu. Saat ini, alat itu sudah dia promosikan saat ia menjadi ketua pusat penelitian jantung di Universitas Teknologi Malaysia (UTM), Johor Baru, Malaysia.
Di UTM Malaysia, dia mengajar dan menjadi guru besar teknik kedokteran di sana. Penemuan alat ini melalui penelitian selama dua tahun yang semula dibiayai dari Pemerintah Jerman.
Setelah menemukan alat itu, metodenya lalu dipatenkan dan dipublikasikan. Eko sendiri paham mengenai sistem aliran darah dalam tubuh. Sejak sarjana, dia belajar teknik geomedikal, sehingga mengetahui aliran darah, sistem saraf, dan ilmu hormon.
Berbekal pengetahuan itulah Eko membuat kreasi berupa alat untuk pendeteksi alzheimer. Alat itupun diyakini bisa bermanfaat, terutama pada perusahaan berbasis asuransi kesehatan.
Melalui alat ini bisa diukur berapa perkiraan seorang mengalami gejala pikun atau tidak.
“Untuk buat itu, saya dibantu satu orang lulusan master,” imbuhnya.
Nazar Nurdin / Kompas.com
KOMENTAR