Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, Tim Search and Rescue (SAR) gabungan masih terus mencari korban yang kemungkinan masih berada di bawah reruntuhan bangunan pasca gempa berkekuatan 6,5 skala richter mengguncang Pidie, Aceh pada Rabu (7/12/2016) kemarin.
Ia mengatakan, guna mempercepat proses pencarian, juga telah diterjunkan tim ahli dan tujuh unit ekskavator atau alat berat.
Selain itu, tim juga menggunakan alat "life detector" untuk mendeteksi adanya korban di reruntuhan bangunan.
"Beberapa alat berat sudah ditambah ditempatkan di tempat yang diperkirakan masih tertimbun. Kemudian, juga karena sudah menggunakan life detector," ujar Sutopo di kantor BNPB, Jakarta, Kamis (8/12/2016).
Baca juga: Gempa Aceh, Rombongan Pengantin Tewas Tertimbun Reruntuhan
Sutopo menjelaskan, sistem kerja life detector itu mendeteksi sinyal telepon genggam milik korban yang tertimpa bangunan.
"Apapun Hp (handphone) nya, masih aktif yang ada di radius 100 meter persegi," kata dia.
Selain itu, life detector juga bekerja menggunakan sistem infra merah (infra red) yang dapat mendeteksi suhu panas.
Dengan penggunaan alat ini, diharapkan korban yang tertimpa reruntuhan bangunan akan ditemukan, karena suhu panas dari tubuhnya akan terdeteksi.
"Berdasarkan infra red atau temperatur. Begitu melakukan scan kami akan tahu suhu tubuh disana. Jadi ada beberapa life detector tadi bekerja mendeteksi menggunakan sinyal, temperatur dan lainnya," kata dia.
Upaya pencarian akan diintensifkan selama tujuh hari pasca bencana.
"Dalam kondisi saat ini, terutama tujuh hari. Operasi SAR biasanya tujuh hari. Mengapa tujuh hari, karena diperkirakan selama tujuh hari itu masih hidup," ujar dia.
KOMENTAR