Nama Sulami (35) menjadi perbincangan luas masyarakat di Jawa Tengah umumnya dan wilayah Sragen pada khususnya. Namanya mencuat dan menjadi pemberitaan media cetak dan elektronik setelah kondisi fisiknya berubah.
Sejak 10 tahun lalu, wanita berperawakan tinggi itu tidak bisa menggerakan seluruh tubuhnya.
Hanya kedua tangannya saja yang masih bisa digerakan untuk beraktifitasnya, sedangkan tubuh lainnya mulai dari leher hingga kaki tidak bisa digerakan alias kaku.
Kondisi fisik Sulami ini langsung membuat geger warga setempat. Karena ini pula, warga menjuluki wanita itu sebagai 'manusia kayu'.
Dikutip dari Kompas TV, Sulami hanya bisa terbaring lemas di atas tempat tidurnya.
Baca juga: Hebat, Bayi 18 Bulan Ini Hapal Mata Uang 26 Negara
Meski masih bisa bicara dan menggerakan jemarinya, sekujur tubuh kaku tidak bisa digerakkan. Untuk berdiri atau berjalan, dia harus dibantu orang lain. Penyakit ini diderita sejak usia 10 tahun.
Awalnya ada benjolan di leher belakang hingga akhirnya menjalar sampai tulang belakang dan beberapa bagian tubuh mengalami kelumpuhan secara bertahap.
Sulami punya seorang saudara kembar yang memiliki penyakit yang sama, bernama Paniyem. Namun, sayangnya saudaranya sudah meninggal sejak 2012 lalu.
Baca juga: Duh, Toko Cemilan Itu Ternyata Jadi Lokasi Prostitusi Online
Saat ini Sulami hidup di tengah kesedarhanaan bersama neneknya Sugimen yang sudah berusia 90 tahun.
Segala keperluan Sulami selama ini hanya mengandalkan bantuan neneknya yang juga sudah renta.
Untuk membantu kehidupan Sulami dan neneknya, pemerintah setempat membantu raskin dan program kesehatan.
Selain itu, pihak desa setempat pun juga membantu ikut untuk selalu melihat kondisi keluarga.
Dengan keterbatasannya tersebut, Sulami memanfaatkan waktu untuk membaca Al Quran, berzikir, dan membuat kerajinan tangan seperti pita, gelang, dompet, dan sebagainya.
Hasil kerajinan tangan dibuat untuk diberikan pada orang yang menjenguknya sebagai oleh-oleh.
Berdasarkan diagnosa secara medis, Sulami mengidap penyakit sebagai ‘tulang belakang buluh’ atau Ankylosing Spondylitis.(
Soewidia Henaldi / Tribunnews
KOMENTAR