Pernikahan tak luput dari proses adaptasi dua orang yang berbeda. Ada pasangan yang menjalaninya dengan mulus, ada juga yang harus melewati penuh kendala. Konon lima tahun pertama pernikahan adalah fase penuh konflik. Apa saja konfliknya dan bagaimana mengatasinya?
Banyak pakar pernikahan menyebutkan, usia rawan pernikahan salah satunya terjadi di lima tahun pertama. Pada masa itu realita rumah tangga dimulai. Yang pada masa pacaran terasa indah, di tahun-tahun awal pernikahan mulai terasa banyak berselisih paham.
Jika tak kuat menghadapi godaan, tak sedikit yang memutuskan bercerai.
Di tahun-tahun awal pernikahan, waktu yang dihabiskan bersama pasangan juga semakin berkurang karena berbagai alasan, di antaranya kesibukan kantor yang semakin meningkat dan kesibukan mengurus Si Kecil.
Segala sesuatu dalam rumah tangga pun menjadi bersifat autopilot. Kegiatan sehari-hari cenderung rutin dan monoton, sehingga pasangan bisa saja terjebak rasa bosan. Jika kondisinya demikian, masalah kecil pun tak jarang menjadi pemicu konflik.
Psikolog dan penulis buku bestseller Love Talk dan Saving Yout Marriage Before It Starts, Les Parrot, mengungkapkan sumber konflik pasangan di awal pernikahan :
Kebiasaan yang berbeda
Suami suka menumpuk handuk basah sembarangan, sering lupa menutup pasta gigi, dan membuang bon tol sembarangan sehingga berserakan di mobil. Sementara, istri sangat rapi dan teratur. Lalu, siapa yang merasa tersiksa? Ternyata keduanya.
Ini adalah soal kebiasaan yang didapat jauh sejak sebelum menikah. Dan ketika menikah, pasangan diharuskan untuk beradaptasi. Tentu saja awalnya terasa tidak nyaman.
Baca: Kenali 15 Karakter Suami
Uangku, uangmu
Hal sensitif lainnya dalam pernikahan adalah soal keuangan. Saat masih lajang, tak masalah menganggarkan dana berapa pun besarnya untuk sekadar hang out bersama teman atau memuaskan hobi.
Namun, setelah menikah apalagi langsung memiliki anak, semuanya akan jadi berbeda. Belum lagi jika hanya salah satu pasangan yang bekerja, perencanaan keuangan keluarga pun menjadi penting.
Baca: Bukti Cinta Sejati Itu Ada, Sang Suami Rela Merawat Istrinya yang Lumpuh Selama 56 Tahun
Kenyataan tak sesuai harapan
Sebelum menikah, di kepala masing-masing, pasti sudah ada ekspektasi nantinya ingin bagaimana. Misalnya, setelah menikah sudah bisa tinggal di rumah sendiri, setiap hari istri sempat memasak makanan favoritnya, dan sebagainya.
Ternyata ketika dijalani tak semanis harapan. Ada pasangan yang mampu cepat beradaptasi, namun ada juga yang masih belum bisa terima dan merasa kecewa, sehingga kerap menimbulkan cekcok.
Baca: Bukan Materi, Ini Cara Menghargai Pasangan yang Bikin Rumah Tangga Makin Harmonis
Kepuasan seksual
Soal seks ternyata juga bisa jadi kendala di tahun-tahun pertama pernikahan. Istri tak berani mengutarakan keinginannya sementara suami tipe yang cuek, membuat aktivitas seksual menjadi tidak nyaman. Padahal kehidupan seks yang bahagia menjadi salah satu tolak ukur kebahagiaan rumah tangga.
Baca: 5 Masalah Seks Pasutri Setelah 5 Tahun Menikah
Masalah keluarga besar
Tidak sepaham dengan mertua atau ipar bisa membuat kehidupan pernikahan terasa berat di lima tahun pertama. Apalagi jika Anda dan pasangan masih hidup menumpang dengan mereka.
Pola asuh anak
Tumbuh dan berkembang dalam dua keluarga yang berbeda latar belakang pasti berpengaruh pada cara Anda dan pasangan mengasuh anak. Sebaiknya, jika terjadi perbedaan pendapat, jangan diutarakan di depan anak.
Dengan melihat orang tuanya kompak dan konsisten menerapkan pola asuh yang disepakati, anak tumbuh lebih bahagia dan percaya diri.
Baca: Besarnya ‘Kekuatan’ Pelukan Orangtua Bagi Sang Buah Hati
Sibuk bekerja
Waktu yang tersita karena pekerjaan bisa membahayakan pernikahan. Parrot menyarankan, jika sepanjang hari Anda dan pasangan sibuk bekerja di kantor atau mengurus rumah, maka lakukanlah kencan mingguan.
Dalam penelitiannya Parrot mendapati fakta yang cukup mengagetkan. Pada pasangan menikah di usia 25-50 tahun, mereka yang berkencan sekali seminggu hanya 4 persen, sekali sebulan 21 persen, tiga bulan sekali 21 persen, enam bulan sekali 18 persen, dan lebih dari tujuh bulan sekali 3 persen.
Padahal, sebuah studi yang dilakukan The National Marriage Project di Universitas Virginia bertajuk The Date Night Opportunity memperlihatkan hasil, pasangan suami istri yang menghabiskan waktu bersama seminggu sekali rata-rata 3,5 kali lebih bahagia dalam pernikahannya.
Ratih Sukma Pertiwi/Tabloid NOVA
Penulis | : | nova.id |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR