Ada dua jenis anak kembar yang umum diketahui, yaitu kembar identik (monozigotik) dan kembar fraternal. Kembar identik berasal dari pembuahan 1 spermatozoon terhadap 1 ovum yang membelah menjadi 2 sel yang terpisah.
Ciri-ciri dari kembar identik pada umumnya mempunyai jenis kelamin yang sama, golongan darah yang sama serta wajah yang mirip.
Sedangkan, kembar fraternal (dizigotik) berasal dari pembuahan 2 spermatozoon terhadap 2 ovum pada saat bersamaan. Secara umum, kembar ini tidak berbeda dari saudara lainnya.
Jenis kelamin mereka dapat berbeda atau sama, mempunyai golongan darah yang berbeda, dan wajah yang tidak terlalu mirip.
Baca: 3 Alternatif Cara dan Posisi Menyusui Bayi Kembar Bersamaan
Baik kembar identik dan kembar fraternal, memiliki sidik jari yang berbeda. Selain itu, ada juga kembar siam yang merupakan kembar identik yang gagal terpisah secara sempurna.
Selain itu, orang tua juga harus memahami adanya femonena TES (Twins Escalation Syndrome), yaitu salah satu anak terdorong untuk mengidentifikasikan dirinya kepada saudara kembarnya.
Misalnya, ia merasa harus melakukan kegiatan secara bersamaan, harus saling menyenangkan, dan sebagainya.
Baca: 7 Fakta Mengasuh Anak Kembar
Fenomena ini seringkali dianggap fakta. Seperti jika salah satu anak menangis, anak yang lainnya tidak lama kemudian ikut menangis dengan intensitas melebihi kembarannya. Atau menangis bergantian sampai kemudian berhenti karena ditenangkan orang tuanya.
Selain itu, mereka tidak dapat melakukan sesuatu secara terpisah. Atau bila dipisahkan, mereka akan jatuh sakit. Benarkah demikian?
Hmm.. rupanya hal tersebut terjadi selain karena adanya kesamaan genetik, juga dipengaruhi oleh cara pengasuhan orang tua yang memperkuat mereka untuk mengidentifikasi diri dengan kembarannya. Ada dua pribadi yang seolah-olah satu.
Baca: Kisah Haru Yuliana-Yuliani, Kembar Siam yang Dipisah 29 Tahun Lalu
“Bila masalah ini terjadi, orang tua harus memisahkan mereka di ruangan terpisah (bila masih bayi/balita) dan membedakan kegiatan yang diikuti. Tak kalah penting, kurangi kompetisi di antara mereka dengan tidak mendorong perasaan bersaing satu sama lain,” saran Psikolog Regina Naisa Pohan, M.Psi.
Jadi tidaklah benar bila ada pendapat yang mengatakan bahwa anak kembar memiliki telepati atau ikatan yang kuat di antara mereka, seperti bila salah satu sakit maka saudara kembarnya akan ikut sakit.
Dari segi psikologi, hal ini dapat dijelaskan sebagai adanya kemiripan dalam genetikasi kembar sehingga menimbulkan kesan bahwa mereka memiliki telepati.
Hal tersebut juga sebenarnya dapat terjadi pada pasangan suami isteri, teman dekat, yang memiliki gen yang hampir mirip, pengalaman yang sama, serta kedekatan pribadi.
Hilman Hilmansyah
Kontributor/NOVA.id
Penulis | : | nova.id |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR