Pemberian vaksin bagi bayi merupakan hal yang diwajibkan, terutama pemberian imunisasi dasar yaitu hepatitis B, BCG, polio, DPT, dan campak.
Kelima vaksin ini merupakan vaksin yang wajib dan dianjurkan oleh pemerintah.
Namun selain lima vaksin tersebut, ada satu lagi vaksin yang dianjurkan untuk diberikan pada bayi kita, yaitu vaksin rotavirus.
Rotavirus adalah penyebab diare parah yang telah menyebabkan kematian pada setengah juta orang setiap tahunnya.
Lebih dari 85 persen kematian ini terjadi di negara berkembang seperti negara-negara di Afrika dan Asia.
Anak di bawah 5 tahun, terutama berusia 6 bulan hingga 2 tahun adalah kelompok umur yang paling berisiko.
Baca: Mudah Diketahui, Ini 3 Tanda Usus Anak Sehat
“Pada dasarnya, pemberian vaksin rotavirus sangat dianjurkan untuk anak. Segala bentuk perlindungan kesehatan anak perlu kita berikan,” jelas Prof. Dr. Badriul Hegar, Ph.D., Sp.A(K).
Rotavirus bisa merusak villi atau bulu-bulu halus yang ada pada usus.
Pada ujung bulu ada enzim laktase yang membantu memecah laktosa pada susu, sehingga membuat feses bayi menjadi cair, banyak, lalu laktosa pada usus besar yang tak dipecah menjadi asam.
“Karena asam, bisa membuat pantat bayi berwarna merah, feses bau asam, juga banyak mengeluarkan gas atau kentut,” jelas Prof. Hegar yang juga praktik di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta ini.
Apabila gejala-gejala tersebut ditemukan pada bayi, maka 70 persen kemungkinannya bayi terkena rotavirus.
Baca: Amankah Mengatasi Perut Kembung dengan Bawang Merah?
Selain dikenal sebagai penyakit yang banyak menyerang anak-anak, rotavirus juga bisa menyebabkan kematian.
Bila lebih dari 2 hari gejala tersebut tak kunjung hilang, segera periksakan pada dokter.
Nah, mengingat risikonya tadi, tentu orang tua harus mempertimbangkan pemberian vaksin ini disamping 5 vaksin wajib tadi.
Sebab rotavirus sendiri merupakan sebuah virus yang berat, dimana serangan rotavirus pertama pada anak akan membuat tubuh kebal terhadap rotavirus tersebut.
Akibanya pada serangan berikutnya, kekebalan tubuh anak berkurang untuk mencegah serangan rotavirus.
Penulis | : | Dionysia Mayang |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR