Sejatinya pernikahan adalah janji untuk hidup setia dalam suka dan duka.
Namun, tak selamanya mimpi indah dalam berkeluarga itu terwujud dengan mulus.
Bagaimana jika tiba-tiba pasangan kita divonis sakit keras?
Dunia seakan runtuh? Mungkin, ya.
Tapi, pasangan lebih membutuhkan dorongan semangat dari kita, belahan jiwanya, untuk sembuh lebih mudah atau sekedar melewati hari-hari melawan penyakitnya yang berat.
Dukungan psikologis seringkali terbukti efektif memperpanjang usia seseorang maupun membuat orang kuat melawan derita penyakitnya.
Menurut Noviani Adeleyna S.Psi., M.Psi., seharusnya makna sebuah pernikahan adalah komitmen suami dan istri dalam menghadapi hidup bersama berumah tangga, baik dalam suka maupun duka.
Tunjukkan wajah optimis dan tumbuhkan keyakinan kesembuhannya akan segera terwujud.
Untuk itu, sebagai pengingat diri kita, maupun untuk keluarga dekat lainnya jangan pernah lakukan 4 hal ini saat mendampingi pasangan yang divonis sakit keras, ya.
1. Wajah Masam dan Lelah
Jangan gunakan kalimat negatif tentang penyakitnya. Atau, bermuka masam di depannya. Yakinkan pasangan kalau Anda akan tetap setia menjaga dan merawatnya walau dia memiliki penyakit.
“Hal ini dapat membantu kepercayaan dirinya kembali untuk dapat sembuh. Jangan berusaha menggurui pasangan, tetapi tunjukkan sikap tegar dan kuat di hadapan pasangan."
(Baca: Wanita Butuh Dukungan Keluarga untuk Hadapi Menopause)
2. Menangis
Bila tak mampu lagi melawan rasa sedih, boleh saja menangis, tapi jangan lakukan di hadapan pasangan.
3. Bicara Hal Negatif
Bila kondisi pasangan yang sakit memungkinkan untuk diajak berbincang-bincang, ajaklah dia membicarakan hal-hal yang menyenangkan.
Jangan membicarakan hal negatif didepannya jika malah berdampak buruk.
Lebih baik, “Misalnya, mengenang lagi masa-masa indah saat bulan madu, menceritakan kembali kejadian lucu yang pernah dilalui, atau harapan-harapan yang ingin dicapai di masa yang akan datang. Membicarakan hal yang menyenangkan bisa membuat mood pasangan menjadi lebih baik.”
Jika membahas soal penyakitnya, pertimbangkan menyisihkan waktu setiap minggu, mungkin 10 menit atau bisa satu jam atau lebih, tergantung pada apa yang dibutuhkan untuk mendiskusikan penyakitnya.
Serta bagaimana dampak dari penyakit tersebut.
(Baca: 7 Dukungan Penguji Kesetiaan Saat Mendampingi Pasangan yang Divonis Sakit Berat)
4. Hak Seksual
Penyakit dan pengobatan yang serius dapat memiliki dampak yang kuat pada fungsi seksual.
Namun, ini bukanlah akhir dari segalanya, tak perlu mengakhiri keintiman.
Utarakan seperti apa yang Anda dan pasangan inginkan agar sama-sama merasa terpuaskan.
(Baca: Siapa Bilang Penyintas Kanker Tak Boleh Melakukan Hubungan Seks?)
Penulis | : | Noverita |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR