Pesinetron Renita Sukardi meninggal dunia sekitar pukul 08:15 WIB di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Senin (10/4/2017) pagi ini.
Kepergian salah satu pemain Tukang Ojek Pengkolan itu membuat anak semata wayangnya, Al Mukhti yang masih berusia enam tahun kebingungan karena melihat ramainya pelayat di rumah.
Keluarga mengaku sedih melihat kepolosan sang bocah. Tak sedikit yang terenyuh, sekaligus bingung memberitahu apa yang sebenarnya terjadi.
(Baca: Menyayat Hati! Anak Renita Sukardi Menanyakan Ini Saat Pelayat Mulai Berdatangan)
Tapi, sebenarnya apa yang ada di benak seorang anak ketika orangtua atau orang yang mereka cintai meninggal dunia?
Ini yang bisa mereka rasakan ditilik dari usianya.
Bayi dan Balita
Bayi dan balita mungkin masih belum mengerti mengenai kematian, tetapi akan memberikan reaksi terhadap orang yang ada disekelilingnya.
Misalnya, ibunya yang berduka tidak dapat menutupi perasaan sedihnya di hadapan bayinya. Dan bayinya lalu akan memberikan respons dengan menangis tiada henti.
Usia 0 - 2 tahun:
Melihat kematian sebagai perpisahan atau perasaan bahwa mereka ditinggal, tidak memiliki pemahaman kognitif tentang kematian, dan merasa tidak lagi mendapat perhatian dan perawatan.
Usia 2 - 6 tahun:
Seringkali percaya bahwa kematian hanya sementara dan orang yang meninggal pasti akan kembali, acapkali menerima kematian sebagai hukuman atas tindakan yang pernah mereka lakukan, dan sering merasa bersalah atas perilaku negatif mereka terhadap orang yang meninggal.
Usia 6 - 11 tahun:
Secara perlahan menunjukkan pemahaman mengenai kematian dan menunjukkan penalaran yang nyata serta mampu memahami hubungan sebab akibat dari kematian.
Anak Usia Sekolah Dasar
Anak-anak di usia ini barangkali tidak akan memperlihatkan perasaannya secara terbuka, sehingga membuat orangtua atau orang dewasa lainnya beranggapan, kematian tidak berdampak besar pada mereka.
Yang dapat mengindikasikan kondisi mereka sangat menderita dan memerlukan dukungan adalah dari kebiasaan mereka yang mengalami perubahan, seperti menjadi penyendiri, mengompol, tidak dapat berkonsentrasi, tidak bisa lepas dari ibunya, mengganggu, berbohong, atau menjadi agresif.
(Baca: Anak Renita Sukardi Cium Jenazah dan Antarkan Ibunda ke Peristirahatan Terakhir )
Remaja
Reaksi duka yang ditunjukkan anak remaja sama dengan reaksi duka orang dewasa.
Namun, perasaan negatif mungkin akan lebih mengarah pada kekerasan dan pemberontakan.
Perubahan suasana hati dan mengalami masa depresi memang wajar terjadi, sehingga sulit dipisahkan dari perilaku normal remaja.
Tekanan dan perdebatan di dalam keluarga pun menjadi lebih umum.
Seperti halnya orang dewasa, remaja pun bisa menderita sakit kepala, sulit tidur, dan menderita gangguan pola makan setelah mengalami kehilangan dalam hidupnya.
(Baca: Memilukan, 5 Kesamaan Kematian Putri Whitney Houston dengan Sang Ibunda)
Untuk memulihkan rasa kehilangan yang dialami anak saat sedang berduka, kita sebagai orang tua atau keluarga pun bisa membantunya dengan melakukan 5 cara ini:
1. Lakukan aktivitas rutin seperti biasa.
2. Atur kebersamaan anak dengan orang-orang yang dekat dengan mereka.
3. Lebih sering memeluk anak karena hal ini akan membantu anak merasa nyaman.
4. Anak biasanya menjadi tidak percaya diri pada malam hari. Jadi, sementara waktu biarkan lampu kamar tidur menyala atau temani mereka tidur.
5. Jangan mengeluh ketika anak tiba-tiba lengket dan tidak mau ditinggal karena mereka sedang berada pada masa sulit dan sedang mencari rasa aman dan nyaman.
Hasto Prianggoro, Aline/Dari Berbagai Sumber
Penulis | : | nova.id |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR