Penelitian terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 1/5 pasien seringkali menerima salah diagnosa pada kunjungan ke dokter pertama.
Parahnya, lebih dari 20 persen pasien yang meminta opini kedua pada dokter lain memang menemukan bahwa diagnosa pertama salah.
Studi dari Journal of Evaluation in Clinical Practice menyebutkan bahwa laporan dari National Academy of Medicine, US, pada 2015 menemukan bahwa dalam hidupnya, seseorang setidaknya mengalami sekali salah atau keterlambatan diagnosa.
(Baca: Astaga! Gadis Umur 5 Tahun Ini Meninggal Setelah 3 Dokter Gagal Mendiagnosa Meningitisnya)
Dibandingkan dengan studi yang dilakukan oleh Mayo Clinic di Minnesota, para peneliti menemukan bahwa 286 pasien, ditemukan bahwa satu dari lima pasien menerima diagnosa yang berbeda-beda dari beberapa dokter.
Sementara itu, Profesor James M. Naessens dari Division of Health Care Policy and Research dari Mayo Clinic menjelaskan bahwa tak setiap kondisi kesehatan membutuhkan diagnosa dari dokter yang berbeda.
Profesor James menuturkan, kita perlu mencari opini kedua dari dokter lain apabila gejala atau penyakit tak juga membaik, atau bahkan justru semakin parah.
(Baca: Tika Bravani : Salah Diagnosa Juga Penyebab Keguguran )
Opini kedua diperlukan ketika memang dibutuhkan perspektif lain.
(Baca: 5 Tanda Anda Perlu Mengganti Dokter)
Pada studi yang pernah dilakukan di UK pada 1000 pasien yang meninggal di 10 rumah sakit, ditemukan bahwa 5,2 persen kematian seharusnya bisa dicegah.
Sebab hampir sepertiganya memiliki kemungkinan salah diagnosa.
Dan penyakit yang seringkali salah diagnosa adalah pneumonia, gagal jantung, penyakit ginjal kronis, bahkan kanker.
Untuk diagnosa yang kompeten, biasanya dokter akan melakukan diagnosa berdasarkan riwayat kesehatan kita, menganalisa kondisi yang kita alami, kemudian membuat hipotesa.
Hipotesa akan dibuktikan atau terbantahkan melalui tes, pemeriksaan lain, atau terkadang dari gejala lain yang baru muncul.
(Baca: 7 Gejala Awal Kanker di Tubuh, Deteksi Sejak Dini! )
Sumber : www.theguardian.com
Penulis | : | Ade Ryani HMK |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR