Kita tahu bahwa konsumsi ikan akan baik bagi kesehatan kita, karena kandungan nutrisinya yang baik bagi tubuh.
Namun sayangnya, kita harus berhati-hati dalam mengonsumsi jenis ikan tertentu, karena justru bisa memicu gangguan kesehatan.
Mari perhatikan 9 jenis ikan berikut yang memiliki kemungkinan bisa mengganggu kesehatan kita.
(Baca: Ini Jenis Ikan Laut yang Terpapar Merkuri Tinggi dan Berefek Buruk Jika Dimakan)
Ikan Lele
Jenis ikan ini bisa tumbuh hingga ukuran yang lebih besar daripada ukuran normal.
Untuk menambah ukurannya, banyak peternak lele yang memberi makan lele dengan hormon.
Lebih baik, jangan sembarangan makan lele hanya karena ukurannya yang besar, ya.
Mackerel
Mackerel mengandung merkuri, yang tak bisa bersih dan akan mengendap terus dalam tubuh.
Endapan merkuri tersebut semakin lama akan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan.
Tak berarti kita dilarang makan mackerel, namun sebaiknya kita harus cari tahu lebih banyak asal ikan mackerel yang akan kita konsumsi.
Normalnya, konsumsi mackerel yang direkomendasikan setiap bulannya adalah 200 gram untuk orang dewasa dan 100 gram untuk anak-anak.
(Baca: Sehat Mana, Konsumsi Ikan Air Tawar atau Ikan Laut Dalam?)
Tuna
Seperti mackerel, tuna juga memiliki kandungan merkuri yang sangat tinggi, terutama tuna sirip hitam dan sirip biru.
Ditambah lagi, kebanyakan tuna yang dijual secara umum merupakan hasil peternakan yang kemungkinan diberi makan antibiotik dan hormon untuk memperbesar ukurannya.
Tilapia
Pernah mendengar ikan tilapia? Nama umumnya adalah ikan mujair, dan menjadi favorit bagi kebanyakan orang di Indonesia.
Ikan mujair sebenarnya tak memiliki kandungan asam lemak yang baik bagi tubuh, tak seperti jenis ikan lainnya.
Justru, dalam ikan mujair terkandung lemak yang bisa memicu kadar kolesterol meningkat.
Tak hanya itu, konsumsi ikan ini bisa membuat tubuh lebih sensitif pada alergen.
Ikan mujair tak direkomendasikan untuk penderita penyakit jantung, asma, dan arthritis.
(Baca: Masih Yakin Mau Makan Ikan Mujair Setelah Tahu 5 Fakta Mengejutkan Ini?)
Belut
Belut memiliki kandungan lemak yang tinggi, dan bisa diternakkan dalam kondisi air yang buruk sekalipun, misalnya dalam air limbah atau air kotor.
Jenis belut Amerika merupakan jenis belut yang berbahaya, karena memiliki kadar racun yang paling tinggi.
Selain itu, belut Eropa juga dikenal terkontaminasi banyak kandungan merkuri.
Meskipun demikian, kita tetap boleh makan belut kok, asal tak berlebihan.
Rekomendasi konsumsi belut sendiri sebanyak 300 gram untuk dewasa dan 200 gram untuk anak-anak.
Pangasius atau Patin
Kita harus waspada, apalagi bila kita akan mengonsumsi ikan patin impor karena kebanyakan ikan ini diimpor dari Vietnam.
Ikan yang diimpor dari Vietnam ini umumnya diternakkan di Sungai Mekong yang terkenal sebagai sungai yang paling terkontaminasi di dunia.
Selain itu, fillet ikan patin juga memiliki kadar nitrofurazone dan polyphosphates yang merupakan zat penyebab kanker yang tinggi.
(Baca: Aroma Menggoda Pepes Patin Bumbu Iris)
Tilefish
Jenis ikan predator besar ini merupakan ikan yang terkontaminasi merkuri paling tinggi dibanding ikan lainnya.
Konsumsi makan jenis ikan ini bisa meningkatkan risiko keracunan, lo.
Kakap Putih
Ikan kakap putih atau juga yang disebut sea bass memiliki cukup banyak kandungan merkuri.
Ketika kita membeli fillet kakap putih, kita harus lebih jeli lagi karena terkadang ada penjual curang yang menggantinya dengan ikan patin atau jenis ikan lain yang lebih murah.
Rekomendasi konsumsi kakap putih maksimal tiap bulannya adalah 200 gram untuk dewasa dan 100 gram untuk anak-anak.
Dollarfish
Jenis ikan yang juga disebut oilfish ini memiliki kandungan gempylotoxin, yang bisa memicu gangguan pencernaan.
Untuk mengurangi kandungann gempylotoxin tersebut, lebih baik olah ikan ini dengan menggoreng atau memanggangnya.
Bukan berarti kita dilarang mengonsumsi ikan ya, namun kita harus lebih jeli untuk memilih ikan apa yang bisa kita makan.
(Baca: Lengkap! Ini Cara Memilih Ikan Segar, Beku, dan Fillet)
Sumber : www.brightside.me
Penulis | : | Ade Ryani HMK |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR