Sebal dengan nyamuk yang sepertinya lebih suka menyerang kita dibanding orang lain?
Tak hanya digigit, setelahnya pasti ada bentol-bentol di sekujur tubuh yang digigit nyamuk.
Menurut sebuah penelitian, faktor genetik bisa mempengaruhi seseorang lebih cenderung digigit nyamuk.
Lebih jelasnya, aroma tubuh yang menguar dari kulit dan level karbondioksida dari tubuh seseorang akan memancing datangnya nyamuk.
(Baca juga : Kenali Nyamuk di Sekitar Rumah)
Anggapan bahwa nyamuk akan banyak menyerang kita pada saat cuaca sedang panas pun sebenarnya hanyalah mitos.
Menurut Shari Lipner, MD., PhD., asisten profesor dermatologi dari Will Cornell Medicine, ketika nyamuk menggigit kulit kita, maka akan meninggalkan air liur yang memicu alergi.
Air liur atau saliva tersebut mengandung alergen yang bisa memicu gatal, bengkak, dan membuat kulit kemerahan.
Semakin lama nyamuk menghisap darah kita, maka akan semakin banyak pula air liur nyamuk yang menempel di kulit kita.
Besar atau banyaknya bentol karena gigitan nyamuk akan berbeda pada tiap orangnya, tergantung pada bagaimana reaksi tubuh seseorang terhadap alergen.
Semakin mudah kita alergi, maka akan semakin parah serta semakin gatal pula bekas gigitan nyamuk tersebut.
Bahkan, ada juga orang yang membutuhkan penanganan dari dokter karena reaksi tubuhnya pada alergen terlalu parah.
Penulis | : | Indira D. Saraswaty |
Editor | : | Indira D. Saraswaty |
KOMENTAR