NOVA.id - Bekatul adalah serbuk halus atau tepung yang diperoleh setelah padi ditumbuh dan kulit padi dipisahkan dari bulirnya.
Kebanyakan orang berpikiran bahwa bekatul adalah pakan ternak, padahal bekatul ini kaya akan kandungan vitamin dan protein.
Karena manfaat tersebut, Ismiyati mengembangkan bisnis bisnis roti yang unik, bukan berbahan dasar tepung terigu seperti roti pada umumnya, namun memanfaatkan bekatul.
Ismi, begitu ia biasa dipanggil, melakoni bisnis roti bekatul secara otodidak.
(Baca juga: 'Bakti Katarak' Persembahan Jakarta Eye Center Demi Peringati Hari Penglihatan Sedunia Tahun 2017)
Pada awalnya, Ismiyati merupakan karyawan di salah satu dealer sepeda motor di Semarang.
Setelah 12 tahun bekerja, ia merasa stagnan.
“Tahun 2011 itu saya merasa stuck baik dalam hal karier maupun pendapatan. Akhirnya kepikiran untuk bisnis sampingan,” kata perempuan berhijab ini.
Ismi yang memiliki hobi memasak khususnya membuat roti memustuskan untuk berbisnis membuat cake dengan modal awal Rp30 juta, yang berasal dari tabungan dan pinjaman dari adik.
(Baca juga: Sambut Akhir Tahun, Inilah Tips Liburan Seru dan Nyaman Bersama Keluarga)
Modal tersebut digunakan untuk membeli alat pembuatan roti seperti oven dan proofer.
“Bisnis roti ini saya jadikan bisnis sampingan karena masih kerja di dealer. Untuk membantu produksi, saya dibantu oleh satu koki dan satu helper. Sedangkan untuk marketingnya dibantu oleh suami. Setelah berjalan satu tahun, saya merasa perkembangan bisnis ini lambat,” ujarnya.
Melihat perkembangan usahanya yang lambat dan ingin fokus dalam bisnisnya akhirnya Ismiyati membuat keputusan untuk keluar dari pekerjaannya.
Setelah keluar, tak hanya mengurus bisnis roti, namun Ismiyati juga mengikuti kursus pembuatan roti untuk meningkatkan pengetahuan dalam pembuatan roti ini.
“Kami juga melayani pesanan, saat Lebaran biasanya pesanannya melonjak,” ujarnya.
(Baca juga: Tak Datang di Acara Ulang Tahun Arsya, Aurel dan Azriel Komentar Seperti Ini di Instagram Krisdayanti)
Sedang bersemangat menjalani usahanya, cobaan datang pada Ismiyati, empat karyawannya memilih keluar.
“Akhirnya saya cari karyawan lagi. Lambat laun usaha saya berkembang,” tuturnya.
Peruntungan dalam bisnis roti semakin berkibar saat dirinya mengikuti lomba Inspiring Women Preneur Competition di Semarang tahun 2015.
Berawal dari kemenangan itu, muncul ide untuk memproduksi roti dengan bahan yang tidak biasa yaitu bekatul.
(Baca juga: Benarkah Melewatkan Sarapan Bikin Tubuh Cepat Lelah? Ini Jawabannya)
Ia pun gerak cepat untuk mencari informasi baik melalui internet maupun kepada temannya yang berprofesi sebagai dokter mengenai manfaat bekatul serta kandungan gizi bekatul.
“Saya menemukan banyak informasi, bahwa tidak semua bekatul enak diolah jadi roti. Saya pun hanya memilih bekatul dari beras merah yang organic karena tidak menghasilkan rasa yang pahit,” jelasnya.
“Ide ini sebenarnya simple saja. Saya melihat teman-teman kalau pameran sebagian besar menggunakan bahan tepung dan untuk bekatul itu seringnya cuma dipakai untuk sereal, minuman. Saya kepikiran, gimana kalau membuat kreasi roti tapi bahan utamanya bekatul,” paparnya.
(Baca juga: Demi Menyenangkan Si Buah Hati, Raffi Ahmad dan Nagita Kompak Lakukan Hal Ini)
Bukan hal yang mudah pada awalnya. Selama empat bulan, Ismi bereksperimen membuat roti bekatul.
Susah-susah gampang menurutnya, bukan hanya takaran yang harus tepat namun bahan pendukungnya juga harus pas.
Kreasi roti dengan bahan bekatul memang bertujuan untuk menghadirkan roti yang sehat dan bergizi, maka Ismi enggan menggunakan gula pasir.
Dirinya kemudian mencoba menggunakan gula aren, gula semut, gula palem, gula rendah kalori, dan pemanis lainnya namun tak ada yang cocok.
“Akhirnya saya menggunakan fruktosa kristal. Fruktosa ini jarang ditemui di Semarang. Ini bahannya impor. Sedangkan untuk menggunakan margarin, saya menggunakan minyak kelapa dan madu,” jelasnya.
(Baca juga: Angka Penderita ISPA Masih Tinggi, Ini Penjelasan Ahlinya)
Didorong keinginanuntuk memastikan kandungan gizi dan roti bekatul hasil produksinya, Ismi membawa roti buatannya ke laboratorium.
Hasil uji laboratorium, produk roti bekatul milik Ismiyati yag diberi label Super Roti dinyatakan sebagai roti sehat yang aman dikonsumsi penderita diabetes, kolesterol tinggi, dan mereka yang sedang diet.
Kini Super Roti sudah masuk took modern, toko oleh-oleh, dan apotek.
Dalam jangka waktu lima tahun, Super Roti mengalami perkembangan yang cukup pesat.
(Baca juga: Patut Dicoba! Ini Dia 7 Manfaat Minum Air Hangat di Pagi Hari)
“Saya promosi menggunakan media online dan ikut pameran-pameran olahan makanan juga,” ujarnya.
Dari lima karyawan, kini Super Roti memiliki 18 karyawan meliputi tenaga produksi dan marketing.
Tempat produksinya pun sudah cukup memadai.
Pada tahun 2013, tempat produksi semula di rumahnya kini sudah berpindah ke Jalan Batursari IV, Kota Semarang.
“Roti bekatul ini sudah dipesan hingga luar kota. Ada konsumen dari Medan, Palangkaraya, Lombok, Malang, Gresik, Jakarta, Bandung, Magelang, Jogja,” kata Ismi yang juga sedang mengembangkan olahan makanan dari biji nangka.
(Baca juga: Hampir 2 Bulan Menikah, Begini Kata Laudya Cynthia Bella Saat Disinggung Soal Hamil Anak Engku Emran)
Dari yang hanya mengolah 30 kilogram bekatul, kini sudah 100 kilogram yang dibuatnya jadi roti setiap bulan.
Omzet kotornya sudah mencapai Rp 100 juga sebulan.
“Setiap hari memproduksi 100 pack lentul. Satu pack ada yang berisi 100 gram dan 200 gram. Harga lentulnya dari Rp 18.000 hingga Rp 45.000. Untuk roti basahnya sekitar 100 biji,” jelas Ismi yang pernah meraih juara 1 BUMN Awards kategori ritel.
Ismi tak menyangka usahanya berkembang. Sebagai UMKM, salah satu kendala yang dialami adalah masalah modal dan pembinaan.
Ismi mengaku UKM bukan hanya membutuhkan pinjaman bunga kredit rendah tetapi juga pembinaan.
Sehingga tak hanya solusi suntikan modal, masalah pemasaran dan prmosi melalui pameran mendapat perhatian dari bank.
Ismiyati sendiri mengaku bantuan dari Bank Bri sangat membantu.
“Saya sudah dua kali meminjam dana dari Bank BRI senilai Rp 120 juta, tahun 2014 untuk membeli dan merenovasi bangunan untuk pabrik pembuatan roti. Kemudian tahun 2016 dapat kredit lagi untuk menguatkan dan mengembangkan kapasitas produksi roti,” ujarnya.
Walau mendapat kesuksesan yang terbilang cepat, Ismiyati bukan sosok yang pelit ilmu.
Memegang prinsip “memberi bukan berarti mengurangi”, Ismiyati kerap membagikan ilmu-ilmu olahan makanan kepada ibu-ibu dan mahasiswa.
“Banyak siswa, mahasiswa, dan UKM-UKM yang belajar di sini. Itu pun saya tidak tarik bayaran, tapi saya senang berbagi dengan mereka setiap dua kali dalam setahun, Super Roti juga memberikan pelatihan gratis untuk ibu-ibu untuk menciptakan olahan makanan yang baru,” kata Ismi yang memiliki dua buah hati ini.(*)
Fajar Sodi
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR