NOVA.id – Berdasarkan data, sekitar 3,5 juta orang atau 1,47% populasi di Indonesia mengalami kebutaan pada kedua belah mata.
Pada anak sendiri, Retinopati Prematuritas (ROP) merupakan salah satu penyebab kebutaan yang banyak dialami oleh anak di Indonesia.
Namun tak hanya ROP, kebutaan pada anak juga bisa disebabkan oleh penyebab lain.
"Penyebab kebutaan pada anak selain ROP ada karena infeksi, kekurangan vitamin A, katarak anak karena tokso dan rubella," ucap Prof. Dr. Rita Sita Sitorus, SpM, PhD, saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan beberapa hari lalu.
(Baca juga: Cocok Jadi Kudapan Malam Ini, Yuk Bikin Bakwan Jagung Kepiting)
Jika kita mengabaikan ROP dapat menyebabkan kelainan mata serius lainnya.
Seperti yang dilansir dari webmd.com, ROP dapat menyebabkan mata juling (strabismus), ablasi retina, glaukoma, dan mata malas.
Mata juling atau strabismus adalah suatu kondisi antara mata yang satu dengan mata yang lainnya tidak bekerja sama secara baik saat melihat objek.
Mata juling pada anak terjadi karena bawaan sejak lahir namun penyebab aslinya belum jelas.
(Baca juga: Tak Banyak yang Tahu, Ternyata Begini Cara Menghemat Listrik dari Penggunaan Lampu)
Mata juling dapat dikoreksi dengan menggunakan kaca mata namun sebaiknya kita tetap membawa anak ke dokter pediatric ophthalmologist.
Ablasi retina adalah berpindahnya retina dari tempat aslinya.
Ablasi retina dapat terjadi karena rabun jauh, cedera mata, pasca operasi katarak, dan bawaan keluarga.
Glaukoma adalah kerusakan saraf karena penumpukan tekanan mata.
Kebanyakan orang dengan glaukoma tidak memiliki gejala awal atau rasa sakit.
(Baca juga: Chelsea Islan Ceritakan Pengalamannya Syuting di Jepang, Tak Boleh Molor Meski Cuma Semenit)
Oleh karena itu, kita perlu memeriksakan mata anak kita secara teratur.
Mata malas atau amblyopia adalah kondisi dimana salah satu mata anak lebih lemah dari yang lain.
Sehingga otak memilih untuk mengambil gambar dari mata yang lebih kuat dan mengabaikan gambar dari mata yang lebih lemah.
Dr. Rita juga menambahkan, anak tidak hanya bisa mengalami kebutaan namun kelainan refraksi.
Kelainan refraksi terjadi biasanya ditandai dengan rabun jauh (miopia), rabun dekat (hypermetropia), dan mata cylinder (astigmat).(*)
Cecilia Ardisty
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR