NOVA.id - Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) yang berdiri sejak tahun 1957 kini memasuki tahun ke-60.
Dalam kurun waktu yang panjang tersebut, PERKI yang kini menaungi sekitar 1000 spesialis jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) di seluruh Indonesia ini memiliki beberapa capaian terbaik (milestones) PERKI.
Baca juga: Pada Usia Ini, Minum Air Putih Justru Mengganggu Kesehatan Jantung dan Ginjal
Capaian-capaian tersebut tentunya diharapkan dapat meningkatkan layanan kesehatan kardiovaskular di Indonesia sehingga dapat menurunkan angka kecacatan dan kematian akibat penyakit .
"Pencapaian PERKI di usia 60 tahun tidak bisa dilepaskan dari hasil perjuangan para pendiri dan pengurus PERKI dari pusat hingga cabang di periode-periode sebelumnya. Kolaborasi PERKI pusat dengan Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (Kolegium IPJPD) yang terjalin saat ini sangat sinergis yang terbukti mengakselerasi capaian-capaian yang bermanfaat," ucap Dr. dr. Ismoyo Sunu, SpJP (K), FIHA, FAsCC, Ketua Umum PP-PERKI.
Dr. Ismoyo juga menambahkan, salah satu milestone yang perlu dijadikan momentum adalah terlibatnya PERKI secara aktif dalam Komite Penanggulangan Penyakit Kardioserebrovaskular Nasional bersama PAPDI, PERDOSI, PERDOSRI, HBTKVI, dan IDAI.
Adanya keterlibatan itulah diharapkan ke depannya komite ini mampu mewujudkan kesamaan pandangan dan pendapat terutama dalam memberikan advokasi kebijakan dan regulasi pemerintah khususnya kementerian kesehatan pada era JKN.
Sementara itu, dr. BRM Ario Soeryo Kuncoro, SpJP(K), FIHA selaku Wakil Sekjen PERKI pada kesempatan yang sama mengemukakan, "Terdapat banyak sekali kemajuan yang telah kita capai dalam bidang kardiovaskular di Indonesia, baik dalam bidang terapetik, diagnostik maupun preventif, salah satunya adalah intervensi terhadap penyakit jantung bawaan dan mengganti katup tanpa operasi tetapi dengan intervensi non bedah yaitu Transcatheter Aortic Heart Valve (TAVI) dan MITRAL CLIPS yang banyak dilakukan di Indonesia mulai tahun 2015, demikian pula upaya penutupan apendiks atrium untuk mencegah stroke."
"Di bidang pengobatan aritmia, kini terdapat pemakaian obat antikoagulan oral baru (OKB) untuk mencegah stroke pada kelainan irama fibrilasi atrium. OKB adalah sebuah lompatan besar terapi antikoagulan yang mencegah timbulnya berbagai risiko, antara lain risiko perdarahan," lanjutnya.
Baca juga: Benarkah Serangan Jantung Bisa Muncul Saat Bercinta?
Ia menambahkan, "Semakin berkembang dan majunya teknologi Percutaneus Coronary Intervention (PCI) diharapkan makin mengurangi angka kematian akibat gagal jantung, demikian pula teknologi Cardiac Resynchronization Therapy (CRT), Left Ventricular Assist Device (LVAD) ataupun teknologi intervensi non bedah lainnya yang sangat menolong pasien gagal jantung. Pemasangan pacu jantung pada kasus gangguan irama jantung dan ICD terbukti menurunkan kematian jantung mendadak. Masih banyak kemajuan-kemajuan lainnya di bidang kardiovaskular. Penting untuk dicatat, SDM atau dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Indonesia terus berupaya mengikuti perkembangan bidang ini dan telah banyak yang mampu dan kompeten," tutupnya. (*)
Cecilia Ardisty/NOVA.id
Penulis | : | Amanda Hanaria |
Editor | : | Amanda Hanaria |
KOMENTAR