NOVA.id – Selama 5 tahun terakhir, informasi terkait gangguan kelenjar tiroid masih sangat minim di Indonesia terlebih di kalangan pasien (penderita gangguan kelenjar tiroid).
Hal ini disebabkan masih kurangnya perhatian terhadap gangguan kelenjar endokrin terbesar di dalam tubuh kita.
Fakta menyebutkan bahwa gangguan kelenjar tiroid merupakan gangguan endokrin dengan angka kejadian terbanyak kedua di dunia setelah diabetes (Jurnal e-CI, 2016).
(Baca juga: Tak Perlu Was-Was Memulai Bisnis Bakery Asal Ada Tepung Premix, Ini Alasannya)
Gangguan pada kelenjar tiroid merupakan penyakit kronis (lifetime disease) yang salah satu di antaranya adalah kanker tiroid.
Pasien kanker tiroid yang telah menjalani terapi harus mengonsumsi hormon buatan sebagai pengganti hormon tiroid seumur hidupnya.
Menurut data dari Rumah Sakit Kanker Dharmais (2016), kasus kanker tiroid di Indonesia menempati urutan ketiga terbesar dengan prosentase 4,2%.
(Baca juga: Tak Perlu Khawatir Mesin Cuci Bikin Boros Listrik, Solusinya Pakai LG Smart Inverter Saja!)
Hal ini menunjukkan peningkatan besar setiap tahunnya dan terjadi lonjakan yang cukup signifikan dari tahun 2013 (kanker tiroid menduduki peringkat ke-8 se-Indonesia) ke 2016 (menjadi peringkat ke-3).
Berdasarkan paparan data tersebut, sangat penting untuk memberikan perhatian yang lebih terhadap gangguan kelenjar tiroid supaya masyarakat lebih sadar akan gejala dan bagaimana penanganannya.
Akan tetapi, kejadian di lapangan menunjukkan hal yang sebaliknya.
(Baca juga: Berpose Ala Artis Mandarin Lawas, Ashanty Banjir Pujian Netizen: Mirip Istrinya IP Man!)
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR