"Tidak semua orang bisa seperti Emak Encin, beliau sosok luar biasa, ikhlas menjalani hidup," kata Dedi lirih.
Dana sebesar Rp 15 Juta terkumpul. Jumlah tersebut akan digunakan untuk biaya perbaikan rumah Emak Encin.
Baca juga: Huh! Avokad yang Membusuk Memang Menyebalkan, Inilah Cara Tepat Menyimpannya Agar Matang Sempurna
Filosofi gerhana
Dedi menilai, fenomena gerhana bulan total pada Rabu malam merupakan tanda kekuasaan dan keajaiban Allah SWT sekaligus pengingat bagi umat manusia.
Menurut Dedi, gerhana dalam bahasa Sunda adalah samagaha.
Istilah ini sebenarnya merujuk pada suasana hati yang tidak kunjung memiliki ketetapan.
Samagaha bisa berarti perasaan galau dan gelisah.
Baca juga: Wah, Ternyata Begini Wajah Asli Titi Kamal Saat Tak Pakai Makeup
"Bulan boleh mengalami gerhana, tetapi dalam hati seorang pemimpin tidak boleh terjadi gerhana. Samagaha itu perasaan galau dan sikap kegelisahan. Maka, pemimpin tidak boleh galau karena ingin mendapatkan kekuasaan. Gerhana bagi pemimpin bisa menyakiti rakyatnya," ujar Dedi di Purwakarta, Kamis (1/2).
Seperti Rabu (31/1) malam tadi, Dedi bersama koleganya menyaksikan langsung fenomena alam tersebut bersama warga di sebuah lapangan luas di Desa Cengkong, Kecamatan Purwakasari, Kabupaten Karawang.
Baca juga: Sukses Jadi Aktor di Industri Perfilman, Fedi Nuril Tiba-Tiba Rindu Jadi Anak Band
Seusai shalat gerhana, Dedi pun meminta krunya untuk mematikan semua cahaya listrik di panggung yang sengaja disediakan di lokasi.
Ribuan warga yang hadir pun serentak menatap ke bulan meski sebelumnya sempat turun hujan dan tertutup awan mendung.
"Karena gerhana itu menghalangi datangnya cahaya, tirai penghalang itu harus disibakan. Dia (gerhana) tidak boleh menghalangi mata dari penglihatannya, telinga dari pendengarannya. Gerhana juga tidak boleh menghalangi hidung dari penciumannya, mulut dari ucapannya, dan hati dari keikhlasannya," katanya. (*)
Irwan Nugraha/Kompas.com
Penulis | : | Amanda Hanaria |
Editor | : | Amanda Hanaria |
KOMENTAR