Organisasi Kesehatan Dunia menganggap seseorang dengan indeks massa tubuh 25 disebut sebagai kelebihan berat badan dan 30 atau lebih tinggi mengalami obesitas.
"Hasil utama menunjukkan bahwa penurunan kecepatan makan dapat menyebabkan penurunan obesitas dan BMI," mereka menemukan.
Penelitian tersebut juga menunjukkan jika perubahan dalam kebiasaan makan bisa memperngaruhi obesitas, BMI, dan lingkar pinggang.
Subjek penelitian secara keseluruhan yakni 59.717 individu yang didiagnosis dengan diabetes tipe-2, dimana kondisi kronis yang mempengaruhi orang-orang di usia dewasa yang kelebihan berat badan.
Simon Cork, dari Imperial College London, mengatakan kepada Agence France-Presse bahwa penelitian tersebut "mengkonfirmasikan apa yang telah kita yakini: bahwa makan dengan perlahan dikaitkan dengan kenaikan berat badan lebih sedikit daripada makan dengan cepat."
Mengacu pada metode penelitian, bagaimanapun, dia memperingatkan bahwa mengandalkan peserta sendiri untuk menilai apakah mereka makan dengan perlahan atau cepat adalah "sangat subjektif" dan mungkin akan mengurangi data.
Selain itu, tidak ada data tentang berapa banyak peserta yang benar-benar makan atau apakah mereka berolahraga selama penelitian.
(Baca juga: Hati-Hati, 4 Hal Ini Bisa Memicu Infeksi Saluran Kemih, Nomor 1 Sering Kita Lakukan!)
Penelitian ini juga menunjukkan faktor lain yang dapat membantu orang menurunkan berat badan - termasuk menghentikan makanan ringan setelah makan malam dan tidak makan setidaknya dua jam sebelum tidur.
Termasuk melewati sarapan, itu tidak berpengaruh. (*)
KOMENTAR