Tanaka memahami bahwa persiapan bencana alam sangat penting, tetapi ia kurang bersemangat dengan latihan evakuasi yang kegiatannya adalah berkumpul di tempat dan waktu yang telah ditentukan, lalu dilanjutkan dengan berpindah ke pusat simulasi evakuasi.
Baca juga: Inilah 8 Hal yang Jadi Tuntutan dalam Aksi Long March pada Women's March 2018 Besok!
Dengan latar belakangnya dalam teknologi informasi dan daya kreativitas yang tajam, Tanaka mulai memikirkan cara membuat latihan persiapan bencana alam yang lebih menghibur dan membuat lebih banyak anak muda terlibat.
Pada peringatan dua tahun bencana alam gempa bumi dan tsunami, di tahun 2013, ia dan beberapa anak muda lain yang ia temui selama usaha dukungan rekonstruksi, mengumumkan pembentukan Bosai Girls (Disaster Preparedness Girls).
Keputusan Tanaka untuk menggunakan kata “girls” mencerminkan bahwa perempuan adalah yang paling rapuh saat terjadi bencana alam.
Jika ingin mempromosikan visinya tentang persiapan menghadapi bencana alam yang menyenangkan dan keren, Tanaka menyadari ia memerlukan bantuan perempuan-perempuan muda yang sering menjadi katalis tren baru.
Baca juga: Berjuta Kebaikan dalam Segelas Susu Gurih Tanpa Garam yang Wajib Kita Tahu
Grup ini menggalang dana dengan cara online dan membuat situs web, yang mengembangkan dan menjual barang yang berguna dan modis untuk kondisi darurat nasional.
Di antara item yang dikembangkan grup ini adalah sepatu kokoh yang dapat dilipat, sepatu bot untuk sukarelawan yang memiliki desain lucu, serta tas yang dibungkus dengan peta zona rawan bencana 3-D dari kawasan Shibuya Tokyo yang modis.
Item lain adalah gelang persahabatan "misanga" yang juga berfungsi sebagai benang gigi dan tali jemuran.
Langkah Tanaka berikutnya adalah menghadirkan keseruan dalam latihan evakuasi.
Ia ingin membangun semangat kompetitif yang membuat peserta ingin mencapai target mereka.
Penulis | : | Amanda Hanaria |
Editor | : | Amanda Hanaria |
KOMENTAR