Dengan keberadaan di rumah, bisa saja diputuskan untuk meniadakan peran asisten rumah tangga tetap untuk menghemat pengeluaran, dan sebagai gantinya mempekerjakan asisten harian.
Pembagian tugas dengan pasangan juga perlu dibicarakan.
Misalnya setelah kita seharian bersama anak, malam adalah waktu suami bersama anak untuk membacakan dongeng atau menemani anak belajar.
(Baca juga: Temani Suami yang Terbaring di Rumah Sakit, Shandy Aulia Rela Tidur Sempit-sempitan)
3. Manejemen Waktu
Kesalahan umum yang biasa dilakukan oleh pekerja rumahan adalah merasa bahwa waktu tidak terbatas.
Banyak ‘pencuri waktu’ yang datang tanpa disadari.
(Baca juga: 2 Kali Mangkir Sidang, Sanksi Inilah yang Akan Didapat Syahrini Jika Membolos Lagi)
Misal terlalu lama berkutat di depan televisi, keasyikan bersosial media atau bersosialisasi dengan tetangga, atau bermain-main dengan di kecil.
Meski bekerja di rumah, kita perlu tegas membagi waktu.
Salah satu cara dengan membiasakan bekerja pada waktu yang sama setiap harinya.
(Baca juga: Hanya Anggap Teman Dekat, Tahun Depan Ely Sugigi Akan Menikah dengan Irfan Sbaztian)
Dengan begitu kita memiliki disiplin untuk menyelesaikan target pekerjaan.
Kita harus bisa memilah kapan waktu untuk bekerja, kapan untuk break, kapan untuk bersama dengan anak.
Penggunaan waktu yang tidak efisien seringkali menjadi penyebab kita kerap merasa lelah. Bahkan tak jarang kita merasa lebih lelah bekerja di rumah ketimbang ketika bekerja di kantor.
(Baca juga: Ahok Tulis 3 Buku di Dalam Penjara dan Siap Diterbitkan!)
4. Ruang Kerja Khusus
Sebisa mungkin, ciptakan ruang khusus untuk bekerja.
Bisa sebuah kamar, atau sebuah sudut ruangan yang disepakati sebagai ‘ruang bekerja’. Sehingga anak belajar memahami, bahwa meski ibu sedang di rumah, ketika ia berada di ruangan tersebut, ibu sedang bekerja dan sebisa mungkin tidak mengganggu. (*)
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR