NOVA.id - Hingga malam ini (5/4) nama SMA Negeri 2 Malang menjadi perbincangan hangat di berbagai kalangan masyarakat dan dunia pendidikan Indonesia.
Bahkan, berdasarkan informasi yang dihimpun oleh NOVA dari Google Trends, setidaknya sudah lebih dari 20 ribu warganet mengakses informasi yang berkaitan dengan salah satu sekolah negeri di Kota Malang.
Sejatinya apa yang sebenarnya terjadi di sekolah tersebut?
Ya, mengutip dari Surya, ratusan siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Kota Malang tersebut melakukan aksi demo di depan sekolahnya pada hari Kamis (5/4) tadi.
Baca juga: Ini Dia 2 Bocah yang Lagi Viral Gara-Gara Menangis saat Dicegat Polisi Karena Naik Motor
Mereka menutut Dwi Retno mundur dari jabatannya sebagai kepala sekolah SMAN 2 Malang.
Akhirnya, aksi demonstrasi itu menjadi perbincangan masyarakat.
Aksi demo itu disebabkan para siswa yang tak terima dengan tingkah semena-mena Dwi Retno kala menjabat sebagai kepala SMAN 2 Malang.
Dirinya dianggap sering melakukan kekerasan baik verbal ataupun fisik pada para muridnya.
Baca juga: Demi Dapatkan Kulit yang Cerah, Ayu Ting Ting Buka-bukaan soal Suntik Putih
Dwi juga dianggap sering memberlakukan peraturan aneh seperti larangan pergi ke kamar mandi untuk siswa dan guru saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Bahkan, ada juga yang menyebut jika Dwi memotong beasiswa Indonesia Pintar sebesar Rp 500 ribu.
Lebih parahnya lagi, Dwi dianggap tidak toleran pada para siswa yang orang tuanya belum bisa membayar uang pendaftaran ulang sebesar Rp 1 juta.
Hingga akhirnya, Dinas Pendidikan Jawa Timur pun turun tangan terhadap permasalahan ini dan telah memutasi kepala sekolah tersebut.
Baca juga: Melihat Situasi Bus Penuh Sesak, Pria Ini Malah Lakukan Begini kepada Seorang Siswi, Miris!
Akan tetapi, sebenarnya kasus tersebut bisa menjadi pembelajaran bagi Sahabat NOVA yang juga tengah berprofesi sebagai guru ataupun tenaga pendidik di manapun.
Dilansir dari berbagai sumber, ini dia beberapa tips yang bisa dilakukan Sahabat NOVA agar selalu dicintai dan memberikan kenangan indah kepada para muridnya.
1. Adil
Jadilah sosok pendidik yang obyektif, bukan subyektif.
Adil di sini berarti kita tidak berpihak pada satu sisi atau kelompok tertentu.
Jadi, harus mampu menyikapi setiap siswa dengan karakter dan kemampuan yang beragam.
Baca juga: Trauma Hingga Tak Mau Sekolah Lagi, Ibu Korban Pemerkosaan Terus Menuntut Keadilan
2. Terbuka
Selain itu, keterbukaan juga merupakan kriteria yang sangat penting bagi guru.
Menerima kedatangan, pertanyaan, kritik, hingga masukan dari siswa.
Untuk memperbaiki karakter siswa, kita terlebih dulu harus melakukan perbaikan.
Cobalah bersikap demokratis, tentu kelas akan jauh lebih menyenangkan.
Baca juga: Tulis Surat Terbuka untuk Presiden Jokowi, Mendadak Kisah Bulan Viral di Sosial Media
Bukan hanya sikap, namun juga pikiran.
Dengan terus berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kita harus bisa berpikiran terbuka.
Ketimbang mengotak-ngotakkan mana murid pintar, bodoh, dan sedang-sedang saja, alangkah baiknya jika diubah sedikit cara berpikirnya.
Setiap anak memiliki keunikan dan bisa sukses di kemampuannya masing-masing.
Baca juga: Mengejutkan, Tsania Marwa Sampai Tulis Surat Terbuka untuk Vonny Cornelia karena Hal Ini
Ketika kita berpikiran terbuka, maka akan lebih mudah juga menyerap ilmu dari siapa pun, tanpa berpikir “Ah, saya sudah tahu itu,”.
Zaman sekarang, ilmu itu bisa dari siapa saja lho, termasuk siswa di kelas.
3. Bisa jadi contoh
Selama ini, metode pengajaran apa saja yang telah kita terapkan?
Kalau hanya menyampaikan materi dengan ceramah panjang, rasanya tidak akan efektif.
Pernah dengar “masuk telinga kiri, keluar telinga kanan”, kan?
Baca juga: Patut Dicontoh, 2 Gaya Pola Asuh Anak ala Pangeran Kerajaan Inggris!
Tentu kita tidak ingin hal demikian yang terjadi pada para peserta didik.
Sebagai contoh sederhana, misalnya ada sampah yang tidak pada tempatnya di dalam kelas.
Daripada hanya menegur “Jangan buang sampah sembarangan ya, anak-anak,”, akan lebih baik jika kita langsung mengambil sampah tersebut dan memasukkannya dalam tempat sampah.
Kemudian, ajak siswa bersama-sama membersihkan sambil menghias kelas.
Baca juga: Uya Kuya Ajarkan Anak Lewat Contoh
Ingatkan siswa bahwa sebagai penghuni kelas, maka harus bertanggungjawab atas semua yang dipakai, termasuk menjaga kebersihan dan ketentraman kelas.
Dengan kita memberi contoh, siswa tentu perlahan-lahan akan memiliki kesadaran untuk melakukan hal serupa.
Hal ini juga akan mendewasakan siswa lho.
Baca juga: Tega! Seorang Anak Bunuh Ibunya Sendiri dengan Cara Seperti Ini, Tak Patut Dicontoh!
4. Bijaksana
Menjadi seorang guru, berarti harus bijaksana.
Baik dalam mengambil keputusan, menyikapi masalah, maupun bertindak.
Kalau kita mampu menjadi sosok pendidik yang bijak, siswa tentu akan lebih respect.
Pendidik yang bijaksana tahu bagaimana melakukan pendekatan yang tepat terhadap peserta didiknya.
Baca juga: Tessy: Putusan Ini Sangat Adil dan Bijaksana
5. Peka
Sebagai guru, kita harus bisa cepat mengerti, memahami, dan melihat dengan perasaan apa yang terlihat pada siswa.
Mulai dari ekspresi wajah, gerak-gerik, nada suara, dan lainnya.
Jadi, guru dapat segera memahami apa yang dialami oleh siswa. Tidak hanya cepat memahami, tapi juga cepat tanggap untuk menanggulanginya.
Baca juga: Waspada, Ini 5 Tanda pada Tubuh Jika Diet yang Kita Lakukan Salah, Sebaiknya Lebih Peka!
6. Mampu mengendalikan diri
Menjadi seorang guru yang akan jadi teladan siswanya, maka harus bisa mengendalikan diri.
Kita juga harus mampu memberikan pertimbangan rasional dalam memutuskan sesuatu dan memecahkan masalah.
Kemudian, dapat menjalin hubungan sosial yang wajar dengan siswa, sesama guru, serta orangtua.
Seorang guru yang profesional juga artinya telah bisa mengendalikan emosinya.
Tahu bagaimana, kapan, dan di mana harus menyatakan emosinya.
Baca juga: Gampang-Gampang Susah, Inilah Cara Melatih Emosi Anak Menurut Ahlinya
7. Konsisten
Seorang guru juga harus bersikap konsisten, tidak plin-plan.
Kalau sedikit-sedikit berubah, tentu akan berpengaruh pada tingkat respect siswa ke gurunya.
Kita pun harus bisa lebih tegas dan berwibawa dengan menerapkan disiplin positif.
Kalau dari awal kesepakatannya A, maka seterusnya akan A, jangan tiba-tiba berubah haluan menjadi B.
Baca juga: Hati-hati, Pola Asuh Tak Konsisten Sebabkan Si Kecil Manipulatif
Sewaktu-waktu mungkin saja ada perubahan, asal disertai alasan yang masuk akal dan memberi manfaat bagi seluruh pihak.
Menjadi seorang guru harus konsisten dalam mengajar.
Guru yang profesional dan tidak hanya berprofesi sebagai pengajar, namun juga mendidik, membimbing, mengarahkan, serta mengevaluasi siswa.
Sebagai guru, kita selalu dituntut menjadi sosok yang mampu menanamkan nilai-nilai terhadap siswa hingga mencapai kedewasaan.
Jadi, harus tinggi konsistensinya.(*)
So, semoga bisa menjadi guru yang bermanfaat ya, Sahabat NOVA.(*)
Source | : | www.surya.co.id,Tribun Style,ruangguru.com |
Penulis | : | Healza Kurnia |
Editor | : | Healza Kurnia |
KOMENTAR