Letusan Gunung Merapi terbawa angin hingga menyebabkan hujan abu vulkanis di Magelang
NOVA.id - Setelah sempat "diam" dalam beberapa hari terakhir, Gunung Merapi kembali meletus freatik, pada Rabu (23/5) pukul 03.31 WIB.
"Untuk sementara ada 17 wilayah yang terdampak sebaran abu akibat letusan freatik pukul 03.31 WIB," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang, Edi Susanto, Rabu (23/5).
Wilayah yang terdampak antara lain Desa Keningar, Sumber, Ngargomulyo, Ngadipuro, Wates, Kalibening, Dukun.
Akibat letusan tersebut, Sebagian wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mengalami hujan abu vulkanis dari Gunung Merapi, Rabu (23/5) pagi.
Saat ini pihaknya menyiapkan dan mendistribusikan 25.000 lembar masker kepada warga yang terdampak sebaran hujan abu vulkanik.
"Gunakan masker dan kaca mata untuk antisipasi jika beraktivitas di luar ruangan," imbaunya.
Kendati demikian, masyarakat diminta untuk tidak panik dan tetap tenang, namun selalu waspada dalam beraktivitas.
Warga pun diminta tetap memantau perkembangan aktivitas Gunung Merapi melalui berita dan sumber informasi terpercaya yakni BPPTKG, BMKG, BNPB, dan BPBD.
"Jangan mudah mempercayai dan tidak ikut menyebarluaskan berita hoaks yang dapat meresahkan," ungkapnya.
Sementara itu, berdasarkan instruksi Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) untuk sementara seluruh kegiatan pendakian ditutup sampai batas waktu yang belum ditentukan.
Tak hanya pendakian, aktivitas penambangan pasir di lereng Gunung Merapi dihentikan sementara setelah status gunung dinaikkan menjadi Waspada, Senin (21/5), pukul 23.00 WIB.
Ika Fitriana / Kompas.com
Sejumlah truk pengangkut pasir masih lalu lalang di Desa Kemiren, berjarak sekitar 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Selasa (22/5)
Masyarakat hanya boleh beraktivitas maksimal radius 2-3 kilometer dari puncak gunung sesuai instruksi Balai Penyelidikan Pengembangan Teknologi Kebencanaan dan Geologi (BPPTKG).
"Sesuai yang sudah diinstruksikan, kalau statusnya meningkat sebaiknya tidak melakukan aktivitas tersebut karena membahayakan," kata Penjabat sementara (Pjs) Bupati Magelang Tavip Suriyanto, Selasa (22/5) sore.
Tapi tidak memungkiri masih ada beberapa truk pasir yang masih lalu lalang di area lereng Merapi.
Sekretaris Desa Kemiren, Kecamatan Srumbung, Jumar menyatakan, penambangan galian c (pasir dan batu) di kawasan Merapi ditutup hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Lalu lalang truk pasir di jalan desa menuju area penambangan sudah tak seramai hari-hari biasanya.
"Hanya beberapa saja yang lewat mengangkut pasir, tetapi mengambil dari depo-depo yang ada di Desa Kemiren, tidak langsung dari area penambangan," kata Jumar.
Aktivitas penambangan terbanyak ada di Sungai Bebeng wilayah Desa Kemiren yang letaknya sekitar 3 kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Para penambang manual itu mayoritas adalah warga luar Desa Kemiren.
"Kami tidak berani memaksakan untuk mendapatkan pasokan pasir, kalau melanggar nanti malah berisiko, dan memang kondisi Merapi sedang tidak memungkinkan juga," ujarnya.
Masyarakat berharap status Merapi segera kembali normal sehingga para penambang bisa beraktivitas lagi karena sudah menjadi mata pencaharian mereka.(*)
KOMENTAR