NOVA.id - Pepatah lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya berlaku pada tradisi Ramadan di sejumlah negara di dunia.
Di Indonesia, kita mengenal tradisi ngabuburit, makan kolak, dan menyalakan petasan selama Ramadan.
Beberapa negara di dunia juga punya tradisi unik yang beragam.
(Baca juga: Duh, Patah Hati Bisa Memicu Kematian? Simak Penjelasannya)
Menyambut bulan suci penuh rahmat ini, berbagai penduduk negara tetap mempertahankan tradisi yang sejak lama mengakar dalam budaya mereka.
Berikut beberapa tradisi khas Ramadan di berbagai negara.
Selama Ramadan, penduduk Maroko meramaikan kota dengan bunyi-bunyi terompet tradisional yang disebut nafar, untuk menandai subuh dengan musik.
Pemain musik dipilih oleh penduduk kota berdasarkan kejujuran dan empatinya.
Kemudian, mereka akan berjalan menyusuri jalan sambil meniup terompet membangunkan warga untuk sahur.
Tradisi ini berasal dari abad ke-7, ketika seorang kawan Nabi Muhammad SAW berkeliling saat subuh sambil bershalawat dengan merdu.
(Baca juga: Wah, 9 Kacang dan Biji-bijian Ini Ampuh Jaga Kesehatan Kita, loh!)
Setelah berbuka puasa, warga Irak akan berkumpul bersama untuk memainkan permainan tradisional bernama mheibes.
Permainan ini dilakukan oleh pria selama Ramadan.
Dua kelompok terdiri dari 40 hingga 250 pemain secara bergantian akan menyembunyikan mheibes atau cincin.
Lawan harus menentukan pria mana yang menyembunyikan cincin itu melalui bahasa tubuh saja.
Tradisi ini memiliki nilai budaya dan sejarah yang mendalam.
Selama bertahun-tahun, pemerintah Irak mengumpulkan permainan di masyarakat, dengan menampung ratusan peserta sehingga mampu menyatukan penduduk setempat.
(Baca juga: Wah, 9 Kacang dan Biji-bijian Ini Ampuh Jaga Kesehatan Kita, loh!)
Warga mesir menyambut bulan suci dengan beragam lampu hias warna-warni atau fanous.
Lampu hias ini muncul sebagai simbol dari persatuan dan kegembiraan Ramadan.
Lampu-lampu tersebut memiliki ikatan kuat dengan Ramadan karena makna rohaninya.
Banyak kisah yang menggambarkan asal mula dari fanous.
Satu di antaranya mengenai seorang penduduk Mesir dan anaknya membawa lampu hias untuk bertemu dengan Khalifah al-Muizz li-Din Allah, dari dinasti Fatimiyah, pada 969 M.
Mereka menantikan kedatangannya di Kairo pada malam pertama Ramadan.
Terkesan dengan lampu hias yang dibawa keduanya, Khalifah meminta perajin untuk menjualnya sehingga penduduk bisa memasang lampu hias di rumah dan setiap toko.
(Baca juga: Ini Alasan Mengapa Buku Fisik Lebih Menarik Dibanding E-Book)
Lebih dari 2.000 penabuh drum turun ke jalan-jalan di Turki sehingga mempersatukan masyarakat selama bulan Ramadan.
Mereka menabuh drum pada waktu sahur.
Kini, pejabat Turki memperkenalkan kartu anggota bagi penabuh drum sebagai tanda kebanggaan bagi mereka yang memainkan alat musik itu.
Pemerintah juga ingin mendorong generasi muda untuk menjaga tradisi kuno agar tetap tumbuh di lingkungan perkotaan
(Baca juga: Sekala Ulang Tahun, Ucapan Ayudya Bing Slamet dan Ditto Bikin Haru)
Setelah berbuka puasa, perempuan di Pakistan akan berbondong-bondong ke pasar untuk membeli gelang warna-warni dan mengecat tangan serta kaki mereka dengan henna.
Untuk menjaga tradisi ini, pemilik toko akan menghias kios mereka dan membuka toko hingga pagi hari.
Kios-kios henna biasanya berdekatan dengan toko perhiasan, sehingga bisa menarik konsumen yang sedang berbelanja sambil dilukis dengan henna. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribuntravel.com dengan judul Di Indonesia Ada Ngabuburit, 5 Negara Ini juga Punya Tradisi Sambut Ramadan yang Ga Kalah Meriah
Source | : | tribunnew.com |
Penulis | : | Juwita Imaningtyas |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR