NOVA.id – Disleksia adalah sebuah gangguan dalam perkembangan baca-tulis yang umumnya terjadi pada anak yang menginjak usia 7 hingga 8 tahun.
Secara umum disleksia ditandai dengan kesulitan belajar membaca dengan lancar dan kesulitan dalam memahami meskipun dalam kondisi normal atau di atas rata-rata.
Namun tahukah Sahabat NOVA jika sebenarnya disleksia memiliki 3 jenis dengan gejala yang berbeda?
Untuk mengetahui dan mengantisipasi terjadinya disleksia pada anak, berikut jenis dan gejala disleksia yang harus diketahui.
Baca juga: Banyak yang Tak Tahu, Ini 6 Fakta dan Mitos Soal Kesehatan Mental
1. Disleksia Primer
Disleksia Primer adalah bentuk genetik.
Ini adalah bentuk paling umum dari Disleksia.
Disleksia dalam kelompok ini biasanya mengalami masalah dengan identifikasi huruf dan angka, ejaan, membaca, aritmatika, pengukuran, waktu, instruksi dan set keterampilan lain yang biasanya dilakukan oleh bagian otak kiri.
Dyslexics ini adalah pemikir dominan yang menggunakan otak kanan.
Mayoritas penduduk dunia memproses informasi menggunakan otak kiri yang linear dan berurutan secara alami.
Mereka belajar paling baik dengan pendekatan selangkah demi selangkah.
Mereka melihat "hutan di depan pepohonan".
Dengan kata lain, mereka harus melihat kesimpulan apa pun sebelum mereka dapat melihat bagian, urutan, atau makna subjek.
Masalah untuk Dyslexics ini adalah bahwa metode pengajaran umum di banyak sekolah di seluruh dunia diselenggarakan terutama untuk siswa otak kiri.
Sehingga terkadang untuk memahami pelajaran mereka akan merasa kesulitan.
Baca juga: Deddy Corbuzier dan Anaknya Idap Disleksia, Yuk Ketahui Tanda-Tanda Disleksia Pada Anak Sejak Dini
2. Disleksia Sekunder
Disleksia perkembangan atau Disleksia Sekunder disebabkan oleh masalah dengan perkembangan otak pada janin yang menyebabkan gangguan kemampuan neurologis dalam pengenalan kata dan ejaan.
Kesulitan dan keparahan kondisi ini umumnya meningkat seiring bertambahnya usia.
Anak mungkin mengalami gejala disleksia selama masa kanak-kanak tetapi dapat berkinerja baik di perguruan tinggi jika mereka menerima instruksi yang tepat.
Anak-anak ini umumnya menanggapi phonics dengan baik.
Baca juga: Hati-Hati, 5 Penyakit Mematikan Ini Ditandai Dengan Gatal Pada Kulit
3. Trauma Disleksia
Trauma Disleksia disebabkan oleh penyakit serius atau cedera otak.
Gejala disleksia dapat berkembang karena kerusakan pada pendengaran akibat infeksi flu, pilek atau telinga pada anak-anak kecil, anak tidak dapat mendengar suara dengan kata-kata atau "fonem" sehingga mereka memiliki waktu yang sulit dengan mengeluarkan kata-kata, mengeja dan belajar membaca.
Anak-anak yang lebih tua atau orang dewasa mengembangkan "Trauma Disleksia" dari penyakit otak atau penyakit yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk memahami bahasa.
Orang-orang ini biasanya dapat membaca, mengeja, dan menulis sebelum terjadinya trauma.
Ada berbagai jenis bacaan remedial dan program ejaan yang ditujukan untuk berbagai jenis masalah pembelajaran ini.
Baca juga: Tak Hanya Stephanie, Anak Kembar Titi DJ Ini Mencuri Perhatian
Untuk itu, jika anak diketahui memiliki gejala seperti yang disebutkan di atas, segeralah berkonsultasi dengan dokter agar lebih cepat ditangani. (*)
Source | : | dyslexiavictoriaonline.com |
Penulis | : | Nuzulia Rega |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR