NOVA.id - Di tengah kesibukan yang melanda, banyak orang akhirnya harus bekerja secara bersamaan dalam waktu yang bisa dibilang nyaris bebarengan.
Aktivitas ini pun seringkali disebut sebagai kegiatan "multitasking".
Tak hanya orang dewasa, dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, kini anak-anak pun sudah banyak yang menerapkan model "multitasking".
Seperti yang terlihat dalam beberapa kesempatan saat si kecil tengah makan, ia juga
menonton video atau main game.
Atau satu saat ia main puzzle tapi juga mendorong-dorong mobil-mobilan.
Baca juga: Kebiasaan Suporter Jepang Ini Usai Mendukung Timnya Patut Ditiru
Kita pun santai saja, karena berpikir sedang mengajarkan kemampuan multitasking.
Tunggu, justru yang kita lakukan itu ternyata makin merusak kesempatan anak untuk belajar tekun dan berkonsentrasi.
Anak jadi terbiasa untuk switchtasking, berpindah fokus antara mengerjakan satu hal ke hal lain.
Dengan demikian, saat diminta melakukan kegiatan yang lebih kompleks, ia mungkin
mengalami kesulitan, karena tak terlatih berkonsentrasi.
Baca juga: Tak Ingin Terlihat Kusam di Awal Masuk Kerja? Lakukan Ini Saja!
Untuk bisa melakukan lebih dari satu tugas pada satu periode waktu, seseorang butuh kemampuan atensi (memfokuskan pada kegiatan tersebut) dan konsentrasi (mempertahankan atensi), dan kemampuan-kemampuan lain terkait tugasnya.
Mengintip Isi Buku "Cabai Kering pada Khazanah Masakan Melayu", Ada Resep Sambal Bilis hingga Otak-otak
Penulis | : | Healza Kurnia |
Editor | : | Healza Kurnia |
KOMENTAR