NOVA.id - Akhir-akhir ini, kemajuan medis tampaknya semakin canggih.
Sekarang, para ilmuwan Inggris melaporkan bahwa mereka telah membuat kornea manusia menggunakan teknologi pencetakan 3D.
Para peneliti mengatakan mereka berharap terobosan ini suatu hari akan memastikan pasokan korneanya tidak terbatas.
Penciptaan kornea ini berawal karena sulitnya mendapat donor kornea sedangkan pasien yang membutuhkan makin banyak.
(Baca juga: Tak Boleh Asal, Ini 6 Tips Agar Wajah Semakin Bersih Ketika Scrubbing)
Ada 10 juta orang di seluruh dunia yang membutuhkan kornea untuk mengobati kebutaan.
Jutaan orang ini memerlukan operasi untuk mencegah kebutaan kornea yang disebabkan oleh penyakit seperti trachoma, gangguan mata menular.
Lima juta orang lainnya telah menderita kebutaan total dari jaringan parut kornea yang disebabkan oleh luka bakar, laserasi, abrasi atau penyakit.
Penemuan ini merupakan proses baru menggunakan bio-printer 3D sederhana dan murah untuk membentuk kornea manusia.
(Baca juga: Hadiri Acara Kerajaan Inggris, Maia Estianty Tampil Cantik Bak Bangsawan)
Dibutuhkan kurang dari 10 menit untuk mencetak kornea baru ini.
Para peneliti kemudian menunjukkan bahwa sel induk pada kornea yang dicetak tumbuh, dan menciptakan kornea manusia.
"Banyak tim di seluruh dunia telah mengejar bio-tinta yang ideal untuk membuat proses ini layak," kata pemimpin peneliti Che Connon, seorang profesor teknik jaringan di Newcastle University di Inggris.
Para peneliti sekarang siap menggunakan bio-ink yang mengandung sel induk, yang akan memungkinkan jaringan pencetakan tanpa harus khawatir tentang menumbuhkan sel secara terpisah, kata Connon.
(Baca juga: Coba Lakukan Hal Ini Saat Akan Tidur Bersama Anak, Penuh Manfaat!)
Tim Connon juga menunjukkan bisa menciptakan kornea yang cocok dengan spesifikasi unik pasien.
Dimensi kornea yang dicetak diambil dari kornea yang sebenarnya.
Dengan memindai mata pasien, para peneliti dapat menggunakan data untuk mencetak kornea yang cocok dalam ukuran dan bentuk masing-masing pasien.
"Kornea cetak 3D kami sekarang harus menjalani pengujian lebih lanjut, dan itu akan berlangsung beberapa tahun sebelum kami dapat menggunakannya untuk transplantasi," tambah Connon. (*)
Source | : | health24.com |
Penulis | : | Nuzulia Rega |
Editor | : | Winggi |
KOMENTAR