NOVA.id - Jika biasanya perayaan Hari Jadi atau ulang tahun sebuah daerah dirayakan dengan upacara bendera, potong tumpeng atau karnaval di siang hari, lain halnya dengan perayaan Hari Jadi Tidore (HJT) ke-910.
Dimulai pada tengah malam, pemuda dari berbagai desa di Tidore, Maluku Utara, bergantian mengarak panji-panji kebesaran Tidore. Prosesinya akan dimulai di empat titik, yaitu untuk Kecamatan Tidore Timur dimulai dari Kelurahan Mafututu; Kecamatan Tidore di Kelurahan Gurabunga; Kecamatan Tidore Selatan di Desa Mare; dan Kecamatan Tidore Utara di Kelurahan Mareku.
Arak-arakan ini disebut dengan upacara adat Paji Nyili-nyili.
Secara harfiah, paji berarti bendera dan nyili berarti daerah.
Baca juga: Dengan Teknologi, Kini Ilmuwan Bisa Ciptakan Kornea Mata Baru untuk Manusia
Paji Nyili-nyili merupakan simbol semangat sejarah perjuangan serta prosesi napak tilas 220 tahun perjuangan Sultan Syaidul Djihad Muhammad Al Mab’us Amiruddin Syah, Kaicil Paparangan, Jou Barakati Sultan Nuku atau Sultan Nuku dan seluruh pasukannya pada tanggal 12 April 1797 silam.
Pemuda-pemuda terbaik Tidore di setiap kampungnya akan menjadi pengarak paji, mereka akan menyusuri rute Sultan Nuku saat berjuang bersama pasukannya.
Bak lari estafet, secara bertahap mereka memberikanbendera dari satu kelompok kampung pada kelompok lainnya.
Pengarak bendera silih berganti saat perjalanan Paji Nyili-nyili menuju Keraton Kesultanan Tidore.
Tradisi ini pun selalu berlangsung semarak.
Sepuluh panji-panji kebesaran yang melambangkan berbagai macam identitas elemen kehidupan bermasyarakat Tidore ini silih berganti tangan, keluar masuk desa hingga sampai tepat pagi harinya di lapangan keraton.
Arak-arakan ini dilakukan pemuda dewasa dengan memakai baju setelan putih-putih, lengkap dengan kawalan prajurit Kapita.
Rilis Inclusivision Project, Honda Beri Wadah Teman Color Blind Ekspresikan Diri
Penulis | : | Healza Kurnia |
Editor | : | Healza Kurnia |
KOMENTAR