NOVA.id - Ada pelajaran berharga yang bisa kita dapat dari Didi dan Hilda, dua perempuan yang belum lama ini berhasil mendaki puncak Everest.
Apakah itu soal bagaimana cara memanjat tebing, bikin tali temali, atau cara bertahan dari dinginnya gunung bersalju?
Ternyata bukan semuanya, melainkan cara melawan takut.
Betapa tidak, Didi alias Fransiska Dimitri Inkiriwang dan Hilda (Mathilda Dwi Lestari) sama-sama mengaku takut dengan ketinggian.
Ups, bagaimana takut ketinggian tapi berani naik sampai Everest?
“Kita memang takut banget, tapi ya kita mau pilih mana? Diam saja dengan ketakutan
kita, atau melawan ketakutan untuk maju?” ujar Didi.
Baca juga: Ingin Punya Rambut Hitam Cantik Alami? Wajib Coba 5 Tips Ampuh Ini
“Atau sekalian tak usah dipikirin sama sekali. Lebih baik fokus dengan apa yang sedang kita lakukan, daripada takut. Begitu sampai camp sudah lega gitu, bahkan ada rasa senang karena bisa mengatasi rasa ketakutan itu,” timpal Hilda.
Tapi, tentunya bukan hanya sukses melawan rasa takut itu saja yang lantas membuat keduanya berhasil mencapai puncak gunung tertinggi di dunia itu.
Melainkan, Didi dan Hilda memang sudah cukup lama jadi “anak gunung”.
Bukan hanya Everest yang berhasil dicapai.
Akan tetapi, dua mahasiswi Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Parahyangan Bandung ini pun pantas menyandang gelar “Seven Summiters”—alias pendaki puncak 7 gunung tertinggi di dunia.
Baca juga: Seperti Royal Wedding Pangeran Harry, Putri Eugenie Undang Warga ke Istana Saat Pernikahan
Memang, selain mereka, di Indonesia sudah ada 8 “Seven Summiters” lainnya.
Hanya saja semuanya lelaki.
Pantaslah, kalau Presiden Joko Widodo sangat mengapresiasi prestasi dua pendaki perempuan ini saat mencapai Everest, 17 Mei 2018 lalu.
Seperti juga mendaki gunung, cukup panjang langkah yang harus ditempuh Didi dan Hilda untuk bisa bergabung dalam “The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala Unpar” atau Wissemu.
Didi yang berasal dari keluarga pecinta alam mengaku tak mengalami hambatan berarti.
Tapi lain kisahnya dengan Hilda.
Perempuan yang bercita-cita ingin tinggal di New York ini sempat dilarang oleh orangtuanya.
Padahal, jangankan naik gunung jalan ke mall saja, kan, perlu restu ortu.
Baca juga: Kedua Indung Telur Dipotong Pihak Rumah Sakit, Hotman Paris Bela Perempuan Ini
Namun syukur-lah setelah Hilda menjelaskan, siap mempertanggungjawabkan keputusannya dan tentunya dengan merayu, akhirnya orang-tuanya merestui.
Saat pertama kali memulai ekspedisi ini pada tahun 2014, Didi dan Hilda masih sempat ditemani Dian Indah Carolina (Caro).
Sayangnya, Caro tak bisa melanjutkan ekspedisi akibat musibah yang dialaminya pada pendakian keempat di Gunung Aconcagua (Amerika Selatan) pada Februari 2016.
Caro gagal mencapai puncak gunung.
“Tak ada yang kepikiran (dengan) musibah yang dialami Caro. Kita tak mau kejadian Caro jadi sia-sia. Harusnya kita bisa belajar lebih baik lagi,” kata Didi, kelahiran Jakarta yang Oktober mendatang genap 25 tahun.(*)
(Aghnia Hilya/Muhamad Yunus)
Penulis | : | Healza Kurnia |
Editor | : | Healza Kurnia |
KOMENTAR