NOVA.id – Isu mengenai produk kental manis sempat terdengar dan membuat kita khawatir.
Padahal, banyak di antara kita yang sudah terbiasa mengonsumsi produk kental manis tersebut.
Lalu sebenarnya, apakah produk tersebut masih aman dikonsumsi atau tidak?
(Baca juga: Momen 1000 Hari Bersama Anak, Andien:)
Untuk itu, Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia mengadakan seminar berjudul “Literasi Gizi: belajar dari Polemik Kasus Susu Kental Manis pada Jumat (10/08) di Universitas Indonesia.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2017 konsumsi susu masyarakat Indonesia hanya 16,5 liter/kapita/tahun.
Angka ini sangat kecil dibandingkan dengan data USDA Foreign Agricultural Service 2016 (PDF) untuk Malaysia (50,9 liter), Thailand (33,7 liter), dan Filipina (22,1 liter).
(Baca juga: Gelar Ini Bisa Membuat Putri Charlotte Tak Bisa Tidur dengan Pria Sebelum Menikah)
Dapat dilihat, budaya minum susu di Indonesia masih rendah, dan dari berbagai jenis susu yang beredar susu kental manis merupakan jenis susu yang paling banyak dibeli oleh masyarakat.
“Susu kental manis adalah produk susu berbentuk cairan kental yang diperoleh dengan menghilangkan sebagian air dari campuran susu dan gula hingga mencapai kepekatan tertentu,” jelas Prof. Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS., guru besar IPB.
Ia juga menambahkan produk tersebut merupakan hasil rekonstitusi susu bubuk dengan penambahan gula, dengan atau tanpa penambahan gula, dengan atau tanpa penambahan bahan lain.
(Baca juga: Mengapa Miss V Berbau Tak Sedap? Yuk Ketahui 4 Cara Mengatasinya)
Susu kental manis juga memiliki kandungan energi yang diperlukan untuk mendukung pemenuhan gizi masyarakat.
“Susu kental manis tidak masalah dikonsumsis ecara proporsional. Tapi kalau sudah berlebih, apapun juga tidak boleh,” lanjut Ir. Ahmad Syafiq M.Sc., pakar gizi sekaligus Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Universitas Indonesia.
Menurutnya, susu kental manis sebagai minuman harus dicampur dengan air, sehingga setelah dilarutkan sesuai dengan saran penyajian, minuman tersebut memiliki kadar lemak susu tidak kurang dari 3,5 gram, total padatan susu bukan lemak tidak kurang dari 7,8 gram, dan kadar protein tidak kurang dari 3 gram.
(Baca juga: Ulang Tahun Dirayakan Google, Ini 5 Fakta Taman Laut Bunaken yang Perlu kita Ketahui)
“Siapa saja boleh mengonsumsi susu kental manis dalam jumalh tidak berlebihan. Namun perlu diingat, susu kental manis tidak cocok untuk bayi dan bukan untuk menggantikan ASI,” lanjutnya.
Sementara anggota dewan pengurus pusat persatuan ahli gizi (PERSAGI) DR. Marudut Sitompil MPS menjelaskan bahwa hingga kini tidak ada data yang menyebutkan bahwa susu kental manis dapat menimbulkan diabetes atau obesitas.
Oleh karena itu, edukasi gizi merupakan tanggung jawab bersama.
Apalagi, ditambahkan oleh Ketua Pergizi Pangan Prof. Dr. Ir. Hardinsyah MS., “Dari sudut pandang sosial, keberadaan susu kental manis sampai saat ini masih menjadi pilihan keluarga bagi kebutuhan konsumsi susu di kalangan masyarakat”. (*)
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR