NOVA.id - Masih ingatkah dengan pernyataan presenter Deddy Corbuzier yang sempat menyatakan dirinya pernah mengidap disleksia sejak kecil?
Nah, ternyata kasus semacam itu pun bisa saja terjadi kepada anak Sahabat NOVA jika tak mengetahui beberapa akar permasalahannya dari awal.
Tanda awal si kecil mengidap disleksia alias gangguan yang menyebabkan kemampuan bahasanya terganggu adalah ketika menghadapi si kecil yang kesulitan belajar membaca dan menulis.
Hal ini kerap dikaitkan dengan gangguan ini adalah disleksia atau gangguan kemampuan membaca dan menulis, yang disebabkan adanya kelainan saraf dalam otak.
Baca Juga : Bikin Bangga, Inilah Serda Ambar Anak Penjual Sayur yang Jadi Paspampres
Gangguan yang bisa menyebabkan seseorang sulit mengingat dan memahami abjad-abjad ini, konon banyak diidap anak-anak yang memiliki masalah belajar di sekolah.
"Sebetulnya, disleksia sudah lama ditemukan sebagai salah satu gangguan belajar atau learning dissorder. Tapi, memang tak banyak orang mengenalnya sebagai disleksia," ungkap Iwan Sintera Togi Aritonang Psi, psikolog yang juga terapis di Bimbingan Remedial Terpadu (BRT), Jakarta.
Pengertian disleksia memang kurang populer di kalangan awam, sehingga banyak orangtua tak tahu jika anaknya mengidap disleksia.
Buruknya lagi, karena ketidaktahuannya, banyak orangtua memilih menyelesaikan masalah belajar anak dengan cara melobi pihak sekolah agar sang anak diberi toleransi.
Baca Juga : Perut Mulai Membuncit, Raisa Pamer Foto Mesra dengan Hamish Daud!
Dengan anggapan, sang anak akan mampu beradaptasi dan mengejar ketinggalannya, seiring berjalannya waktu.
Akibatnya, masalah disleksia anak menjadi tak pernah terpecahkan.
Bahkan, jika ternyata anak tak juga mampu mengejar ketertinggalannya, justru akan berkembang menjadi masalah kepercayaan diri pada sang anak kelak.
Ia akan merasa rendah diri karena terlihat bodoh dihadapan teman-temannya.
Baca Juga : Tampil di New York Fashion Week, Penampilan Agnez Mo Malah Mirip Angelina Jolie
Lalu, prestasi akademiknya akan merosot, hingga menimbulkan penolakan terhadap tuntutan bersekolah.
"Padahal, kecerdasan anak disleksia belum tentu di bawah rata-rata. Justru kebanyakan dari mereka memiliki kecerdasan seperti orang kebanyakan. Ini hanya masalah pemrosesan bahasa dalam otaknya, bukan masalah intelegensia," ungkap pria yang juga psikolog konseling di sekolah anak berkebutuhan khusus, International Center for Special Need in Education, Jakarta.
Bagi anak-anak normal lainnya, membedakan huruf 'b' dengan 'd', mengeja dan membaca i-b-u dengan 'ibu', menyalin tulisan, merangkai huruf dan seterusnya, bukanlah hal yang sulit ilakukan.
Namun, bagi anak disleksia, hal-hal yang seharusnya mudah dilakukan (berkaitan dengan membaca dan menulis), menjadi sulit bahkan mustahil dilakukan.
Baca Juga : Catat! Ini Dia Hal yang Perlu Diketahui untuk Menarik Lawan Jenis!
Hal ini terjadi karena pengolahan unsur bahasa, seperti pengenalan huruf, merangkai huruf, bunyi huruf, dan mengeja, gagal dilakukan oleh otaknya.
Akibatnya, ia lalu tak mampu mengenali tulisan menjadi bentuk pemahaman dalam memorinya.
Akhirnya, ia mengalami kesulitan membaca dan menulis.
Kegagalan pemrosesan unsur bahasa ini disebabkan adanya kerusakan di dalam syaraf yang ada di dalam otaknya.
Baca Juga : Jadi Pendakwah Kondang, Tak Disangka Begini Kelakuan Ustadz Yusuf Mansur di Rumah!
Kerusakan ini bersifat bawaan, yang didapat anak sejak ia dilahirkan.
Dengan kata lain, telah terjadi kerusakan di otak sejak perkembangan otak mulai terbentuk, atau sejak ia masih berada dalam kandungan.
Beberapa tim peneliti dari Universitas Marburg, Wurzburg, Bonn (Jerman) dan institut dari Stockholm (Swedia) menemukan, disleksia disebabkan oleh adanya gen (DCDC2) yang memengaruhi migrasi sel saraf pada otak yang sedang berkembang.
Pendekatan lain berasumsi, kerusakan atau kegagalan pembentukan komposisi otak secara sempurna ini juga bisa dipengaruhi oleh kecukupan gizi semasa ibu mengandung.
Baca Juga : Dikabarkan akan Dinikahi Ahok, Ternyata Begini Sifat Asli Bripda Puput di Rumah!
"Sementara ini, penyebab pasti disleksia sifatnya masih wacana saja. Seperti halnya pada kasus autisme. Masih merupakan faktor risiko," ungkap Iwan berdasarkan pengamatannya selama ini.
Oleh karena perkembangan fisiologis anak lelaki lebih dominan pada kemampuan otak kiri, lanjut Iwan, secara genetis peluang kejadian disleksia akan lebih besar terjadi pada anak lelaki.
Baca Juga : Pangeran William Sebut Dirinya dan Kate Middleton Nakal! Kenapa?
"Karena, disleksia adalah produk dari terjadinya ketidaknormalan pada hemister (belahan) otak kiri, yang merupakan daerah penunjang kemampuan bahasa," pungkasnya.(*)
(Laili Damayanti)
Penulis | : | Healza Kurnia |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR