NOVA.id – Salah satu ciri utama dari PMS atau premenstrual syndrome adalah perubahan suasana hati.
Di masa ini, kita biasanya akan mengalami depresi, melankolis, bahkan mudah marah.
Sebenarnya, apa yang memicu perubahan suasana hati saat PMS?
Sahabat NOVA, PMS merupakan gejala dari perubahan hormon 1 hingga 2 minggu menjelang masa menstruasi kita.
Baca Juga : Unggah Keseruan Saat Red Days Lewat Feminax Red Days Booster Photo Competition, yuk!
Di masa itu, kadar hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh kita berubah drastis.
Estrogen mulai naik perlahan setelah menstruasi terakhir kita usai, lalu mencapai puncaknya dua minggu sebelum siklus menstruasi kita berikutnya.
Setelah itu, kadar estrogen akan menurun tajam sebelum akhirnya kembali naik dan turun lagi menjelang siklus baru dimulai.
Biasanya, perubahan suasana hati ini akan kita alami pada fase siklus haid terakhir atau luteal yang dimulai setelah ovulasi atau hari 14 hingga 28 siklus menstruasi kita.
Begitu perdarahan menstruasi mulai keluar, kondisi perubahan mood ini biasanya menghilang.
Selain itu, kondisi tubuh pun akan berubah pada siklus ini, mulai dari pegal, payudara sensitif, mudah lelah, serta berat badan meningkat.
Perubahan kondisi tubuh ini juga terkadang bisa membuat mood kita berantakan dan membuat kita mudah marah, bukan?
Walau wajar saja merasakan sensitif, frustasi, atau mudah marah ketika masa PMS, bukan berarti kita harus jadi perempuan yang lemah dan malas melakukan aktivitas, loh!
Kita bisa minum FEMINAX, salah satu obat pelancar haid yang bisa kita manfaatkan untuk meredakan nyeri yang timbul selama periode haid.
Wah, kita jadi tetap produktif dan semangat menjalankan aktivitas harian, deh!
Sahabat NOVA, kita juga bisa mengikuti lomba Feminax RedDay Booster, lomba foto bertemakan kegiatan yang fun dan positif untuk menaikkan mood kita saat red days.
Lomba ini berlangsung pada 1 Agustus hingga 30 September 2018.
Untuk ketentuan selengkapnya, kita bisa cek di sini. (*)
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR