NOVA.id - Apakah Sahabat NOVA memiliki pasangan yang kerap dikira sebagai kakak kandung karena memiliki wajah mirip?
Atau, seringkah melihat sepasang kekasih yang memiliki banyak kesamaan di wajahnya?
Ada sebuah mitos bahwa wajah mirip adalah tanda kita dan orang tersebut berjodoh.
Baca Juga : Tingkah Lucu Pangeran Harry Saat Ketahuan Mengambil Makanan sebelum Waktunya
Pun, mitos yang membeberkan alasan kita tanpa sengaja selalu memilih pasangan yang berwajah mirip.
Menurut peneliti dari Jerman pada 2016, kita dapat menyadari perasaan seseorang yang memiliki wajah agak sama dengan kita.
Hal ini menciptakan ketertarikan dan mampu membangun pondasi hubungan yang sukses.
Baca Juga : Tak Peduli Badan Gendut, Ini Alasan Pamela Bowie Tetap Percaya Diri
Kuncinya sangat sederhana, semakin orang tersebut berwajah mirip, kita semakin memahami orang itu dengan mudah.
Namun ternyata, ketertarikan akan kesamaan fisik tak hanya berlaku untuk pasangan.
Coba perhatikan sahabat dekat kita.
Baca Juga : Anak Berusia 9 Tahun Ini Meninggal dalam Tidur, Apa Penyebabnya?
Apakah ia memiliki mata, hidung, atau kulit yang mirip?
Menurut penelitian dari University of Toronto, kita memang tak hanya memilih orang penting di hidup kita dari kesamaan fisik.
Tapi, ikatan hubungan atau persahabatan antara kita dengan orang itu lebih mampu tahan lama.
Baca Juga : Berkebaya, Istri Sunan Kalijaga Tampil Cetar & Berkelas! Intip Gayanya
Selain itu, sebuah studi yang dilakukan oleh Personality and Social Psychology menunjukkan bahwa penampilan wajah berpengaruh dalam memilih anggota kelompok.
Psikolog menemukan, murid pria secara tak sadar membentuk kelompok berdasarkan penampilan.
Secara tidak sadar mereka mendekat pada teman-teman sebayanya yang terlihat mirip dengan mereka.
Tak hanya itu saja, studi tahun 2014 oleh University of Colorado menemukan, banyak pasangan yang telah menikah hanya memiliki perbedaan DNA yang sedikit dibanding mereka yang bukan pasangannya. (*)
Source | : | News.com.au |
Penulis | : | Juwita Imaningtyas |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR