NOVA.id - Pada 2015, tercatat sebanyak 29% balita di Indonesia masuk ke dalam kategori
stunting.
Stunting merupakan suatu kondisi di mana tinggi badan anak lebih pendek dibanding tinggi badan normal anak seusianya.
Kondisi tersebut tidak dapat kita pandang sebelah mata, loh.
Penderita stunting dalam jangka panjang akan mudah mengalami penyakit diabetes, jantung koroner, hingga hipertensi.
Baca Juga : Tak Lagi Jadi Istri Sule si Komedian Kondang, Lina Terjerat Cinta Tukang Pijat!
Stunting kerap terjadi ketika ibu gagal mengoptimalkan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) karena hamil kembali.
Ketika hal ini terjadi, ibu tidak hanya berbagi nutrisi kepada bayi yang disusui, tapi juga
kepada bayi yang dikandung.
Sehingga asupan gizi anak pun menjadi tidak maksimal sejak awal kehidupan.
Itulah yang menyebabkan mengapa jarak kehamilan merupakan faktor penting.
Baca Juga : Sebelum Dikeroyok Hingga Tewas, Unggahan Haringga The Jakmania Bak Firasat Kepergiannya!
Seribu HPK merupakan fondasi seorang anak untuk menjalani kehidupan berikutnya yang disebut dengan golden period atau periode emas.
Dengan memberi jarak kehamilan, ibu dan anak jadi mendapat nutrisi yang optimal di 1.000 HPK, yaitu sejak 9 bulan di dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyarankan agar jarak antar-kehamilan sebaiknya dua hingga tiga tahun.
Hal tersebut dikarenakan jarak antara dua kehamilan yang terlalu dekat, kurang dari 12 bulan, selain berdampak kepada gizi anak juga dapat berdampak untuk sang ibu.
Baca Juga : Andre Taulany Turuti Istri, Plafon Rumahnya Bercat Emas 22 Karat dan Replika Kakbah dari Uang!
Tidak menutup kemungkinan timbul komplikasi serius pada kehamilan maupun ketika proses melahirkan.
Hal yang paling sering terjadi adalah terjadi pendarahan pasca persalinan, karena rahim ibu belum siap untuk menampung dan menjadi tempat tumbuh kembang janin yang baru.
Jarak hamil terlalu dekat juga akan membuat ibu tidak punya cukup waktu untuk pulih dari stres fisik akibat kehamilan sebelumnya.
Kehamilan akan menguras dan menghabiskan zat gizi yang ada dalam tubuh ibu karena harus berbagi dengan janin, seperti zat besi dan asam folat.
Baca Juga : 16 Tahun Berlalu, Begini Deretan Penampilan Oneng Dulu dan Sekarang!
Maka ketika ibu mengalami kehamilan berikutnya dengan jarak yang dekat, hal tersebut akan memengaruhi kesehatan ibu dan janin karena tidak dapat memenuhi kebutuhan masing-masing.
Selain itu, ibu juga jadi tidak punya kesempatan untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
ASI eksklusif merupakan makanan terbaik untuk bayi yang baru lahir.
Baca Juga : Jadi Anggota Kerajaan, ke Toilet Saja Meghan Markle Harus Patuhi Aturan!
Bayi yang mendapat ASI eksklusif akan mendapatkan zat gizi mikro dan makro yang cukup sesuai dengan kebutuhan.
ASI dapat meningkatkan fungsi kognitif anak dan menambah kekebalan tubuh anak menjadi lebih kuat.(*)
(Eveline)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Healza Kurnia |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR