Salah satu ruang pajang yang besar dan ramai adalah Batik Nofa.
Tak hanya di Trusmi, tapi juga di Jakarta dan Yogyakarta.
Konon, usaha yang dikelola pasangan Hj. Eliya Rosa dan H. Surahman ini, termasuk pelopor.
Nama Nofa diambil dari sapaan Nur Fauziah, putri sulung pasangan ini.
Baca Juga : Ramalan Roy Kiyoshi tentang Gempa dan Tsunami di Palu: Saya Melihat akan Ada Air Besar
"Memang, batik Nofa termasuk perintis di sini," ujar Yeti (31), penanggung jawab batik Nofa.
Dulu, cerita Yeti, usaha ini berawal dari satu lemari batik.
"Sekarang mau pesan yang seperti apa pun, dilayani. Ada yang pesan batik tulis dengan kualitas istimewa. Satu bahan saja perlu waktu pengerjaan empat bulan. Malah ada yang setahun. Yang pesan, biasanya pejabat. Motifnya juga spesial, agar tidak sama dengan yang lain," ungkapnya.
Selain melayani pembeli perorangan, pesanan instansi pun kerap diterima para pengusaha batik di Trusmi. Siti Sarah (35), dari Batik Sinar Gunung Jati, contohnya.
Baca Juga : Seminggu Tak Makan Gula Buah dan Tepung, Perempuan Ini Alami Hal Menakjubkan Pada Tubuhnya!
"Sudah sejak lama kami kerja sama dengan PGRI," kata dia.
Motif apa yang banyak diminati pembeli?
"Dulu, masyarakat Cirebon malah sedikit yang memakai batik. Setelah Madame Ivan (Ivan Gunawan, Red.) pakai batik Megamendung, jadi banyak yang suka. Sampai sekarang masih dicari orang," urainya. (*)
(Henry Ismono)
Penulis | : | Healza Kurnia |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR