NOVA.id - Ada sekitar 7 juta janda yang menjadi kepala keluarga di Indonesia.
Lantas, berapa jumlah duda yang memiliki peranan yang sama?
Kita bisa pastikan, angkanya jauh lebih sedikit, itu pun juga kalau tercatat.
Bisa juga tidak tercatat karena tidak penting, namun yang pasti tercatat atau tidak terbukti: perempuan lebih hebat berperan ganda.
Baca Juga : Cerai 2 Kali Hingga Diusir Suami, Begini Kisah Mantan Istri Hengky Kurniawan
Menjadi ibu sekaligus ayah dalam rumah tangga, yang kita kenal dengan sebutan orang tua tunggal alias single parent.
Status yang suka tidak suka harus disandang, saat “istri yang memiliki anak” harus berpisah dengan suami karena meninggal atau bercerai.
Memegang status janda memang tak enak dan menjadi orang tua tunggal, bukanlah hal gampang.
Namun kalau sudah terlanjur, ini yang harus kita perbuat.
Baca Juga : Bila Ardi Bakrie Mau Izin Poligami, Begini Jawaban Nia Ramadhani!
Pertama-tama, kita wajib bangkit dari keterpurukan.
Mengangkat kepala, menata kembali hidup yang sempat berantakan.
Dan semua itu jelas tak dilakukan berlama-lama itu jelas tak di waktu bersamaaan ada anak (bahkan anak-anak) yang wajib segera ditangani.
Yup, salah satu yang terberat jika kita harus berpisah dengan suami, adalah harus berhadapan dengan anak.
Baca Juga : Tumbuh Tanpa Orang Tua, Ini Potret Ceria Keanu Massaid Tamasya Bersama Kakek Neneknya
Mau dia masih balita atau sudah remaja bisa jadi sama susahnya.
“Untuk itu, cara menyampaikan ke anak itu, semua tergantung pada anaknya. Kalau bercerai, sampaikan bahwa papa dan mama tidak bisa bareng-bareng lagi, tetapi papa dan mama tetap sayang kamu,“ pesan Nirmala Ika K., M.Psi., koordinator eksekutif Yayasan Pulih.
Selain itu, menurut psikolog yang akrab disapa Ika ini pun menuturkan agar jangan menyimpan penyebab perceraian yang sesungguhnya terlalu lama, hanya karena menganggap dia masih kecil.
Baca Juga : Ulang Tahun ke-48, Gauri Istri Shah Rukh Khan Awet Muda Tanpa Makeup!
Tapi tetap perlu dipertimbangkan juga, sejauh mana anak sudah perlu tahu penyebab perceraiannya.
“Ketika perpisahan terjadi karena kematian, kita cenderung lebih bisa menerima karena kita menganggap itu kehendak Tuhan. Umumnya, akan lebih mudah untuk menceritakan kepada
anak penyebab kepergian sang ayah. Namun, lain dengan perceraian, apalagi ada pihak ketiga. Sehingga sulit menceritakannya. Tapi, perlu dicoba,” pungkasnya.(*)
(Jeanett Verica)
Penulis | : | Healza Kurnia |
Editor | : | Winggi |
KOMENTAR