Lihat postingan ini di Instagram Ayah Yang Ambisius Ikhlasnya (3) "Pak jika ada yg bertanya, Pak Amien apa sih yg Bapak kejar dlm hidup? Kenapa Anda sudah menjelang senja namun semangat Anda bagai matahari terbit?", tanya hanafi lugas. Bapak meminta Hanafi kemudian membuka Al Quran. Dan mungkin inilah jawabnya mengapa ia begitu berambisi menjadi ikhlas berjuang. . "Tidak ada yang aku inginkan selain perbaikan selama aku masih sanggup. Dan tdk ada taufik bagiku melainkan dgn pertolongan Allah . Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepadaNya aku kembali" (Qs Hud:88) #Reformasi19Tahun #agendaReformasiBelumSelesai Sebuah kiriman dibagikan oleh hanum salsabiela rais (@hanumrais) pada 20 Mei 2017 jam 8:20 PDT
Ayah Yang Ambisius Ikhlasnya (3) "Pak jika ada yg bertanya, Pak Amien apa sih yg Bapak kejar dlm hidup? Kenapa Anda sudah menjelang senja namun semangat Anda bagai matahari terbit?", tanya hanafi lugas. Bapak meminta Hanafi kemudian membuka Al Quran. Dan mungkin inilah jawabnya mengapa ia begitu berambisi menjadi ikhlas berjuang. . "Tidak ada yang aku inginkan selain perbaikan selama aku masih sanggup. Dan tdk ada taufik bagiku melainkan dgn pertolongan Allah . Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepadaNya aku kembali" (Qs Hud:88) #Reformasi19Tahun #agendaReformasiBelumSelesai
Sebuah kiriman dibagikan oleh hanum salsabiela rais (@hanumrais) pada 20 Mei 2017 jam 8:20 PDT
Baca Juga : Victoria Menangis 2 Hari Usai David Beckham Ungkap Soal Pernikahan
Lihat postingan ini di Instagram •Ayah Yang Ambisius Ikhlasnya (2• "Kalau bapak tdkturun dan tdk regenerasi kepemimpinan, ya memang bisa-bisa saja, sah saja. Tp artinya bapak tidak peduli dgn masa depan. Tdk peduli dgn organisasi yg Bapak besarkan atau naungi. Egois, tdk ada kaderisasi". Setiap tgl 21 Mei, sy selalu mengingat moment yg tak pernah terlupa ketika Ibu saya ditelpon bapak bahwa dirinya akan ditangkap dan dipenjara krn melawan Soeharto pd 20 mei 1998 malam. Ibu saya Kusnasriyati dgn tegar mengatakan "Bapak yang ikhlas dalam berjuang. Jangan pamrih atau krn punya interest lain. InsyaAllah sy bs menghidupi dan membesarkan anak2 dgn berjualan batik. Berangkatlah ke Jakarta Pak" Ibu menutup telepon. Ia tdk menangis dihadapan suaminya. Lantas ia memeluk kami anak2nya dan meminta kami mendoakan Bapak yg nun jauh berjuang di sana bersama mahasiswa. Dgn mengantungi restu dua perempuan kuat dan hebat dlm hidupnya (istri dan ibunda) Bapak telah mewakafkan dirinya utk bangsa ini. Teman2 jk masih ada yg menganggap ayah saya ambisius, iya benar, ia ambisius, ambisius ikhlasnya. Seorang Amien Rais sdh tak memiliki jabatan apapun, tak memiliki kekuasaan apapun skrg ini. Ia tak memiliki mekanisme teknis utk menjatuhkan atau mengabisi lawan politik. Apalagi utk menggapai kursi2 pemerintahan. "Trus kenapa masih ikut aksi-aksi? Kayaknya ambisi banget" Benar, bapak ikut aksi bela islam tanpa pernah absen. Tapi tahukah ia tak pernah mau jika diberitakan media? Media lah yg mengejar2 dirinya saat aksi utk wawancara. "Bapak itu sdh dianggap orang politik. Padahal ini aksi jernih utk membela Islam. Jd bapak tdk mau terlalu tampak. Biarlah bapak berjalan bersama kancah jutaan orang tanpa terlihat". Toh Amien Rais memang memiliki magnit media yg tak bisa dimungiri. Kakak saya @hanafirais yg skrg ini duduk di DPR dan menjabat wakil ketua komisi 1, sering bertukar pikiran dgn Bapak, bagaimanapun Bapak salah satu sosok yg ia jadikan teladan dlm berkarir. Tak jarang pertanyaannya begitu dalam dan bermakna. Hingga ia pernah bertanya yg selama ini mengganjal dlm hati. (Bersambung) #ReformasiBelumSelesai #19thReformasi Sebuah kiriman dibagikan oleh hanum salsabiela rais (@hanumrais) pada 20 Mei 2017 jam 8:13 PDT
•Ayah Yang Ambisius Ikhlasnya (2• "Kalau bapak tdkturun dan tdk regenerasi kepemimpinan, ya memang bisa-bisa saja, sah saja. Tp artinya bapak tidak peduli dgn masa depan. Tdk peduli dgn organisasi yg Bapak besarkan atau naungi. Egois, tdk ada kaderisasi". Setiap tgl 21 Mei, sy selalu mengingat moment yg tak pernah terlupa ketika Ibu saya ditelpon bapak bahwa dirinya akan ditangkap dan dipenjara krn melawan Soeharto pd 20 mei 1998 malam. Ibu saya Kusnasriyati dgn tegar mengatakan "Bapak yang ikhlas dalam berjuang. Jangan pamrih atau krn punya interest lain. InsyaAllah sy bs menghidupi dan membesarkan anak2 dgn berjualan batik. Berangkatlah ke Jakarta Pak" Ibu menutup telepon. Ia tdk menangis dihadapan suaminya. Lantas ia memeluk kami anak2nya dan meminta kami mendoakan Bapak yg nun jauh berjuang di sana bersama mahasiswa. Dgn mengantungi restu dua perempuan kuat dan hebat dlm hidupnya (istri dan ibunda) Bapak telah mewakafkan dirinya utk bangsa ini. Teman2 jk masih ada yg menganggap ayah saya ambisius, iya benar, ia ambisius, ambisius ikhlasnya. Seorang Amien Rais sdh tak memiliki jabatan apapun, tak memiliki kekuasaan apapun skrg ini. Ia tak memiliki mekanisme teknis utk menjatuhkan atau mengabisi lawan politik. Apalagi utk menggapai kursi2 pemerintahan. "Trus kenapa masih ikut aksi-aksi? Kayaknya ambisi banget" Benar, bapak ikut aksi bela islam tanpa pernah absen. Tapi tahukah ia tak pernah mau jika diberitakan media? Media lah yg mengejar2 dirinya saat aksi utk wawancara. "Bapak itu sdh dianggap orang politik. Padahal ini aksi jernih utk membela Islam. Jd bapak tdk mau terlalu tampak. Biarlah bapak berjalan bersama kancah jutaan orang tanpa terlihat". Toh Amien Rais memang memiliki magnit media yg tak bisa dimungiri. Kakak saya @hanafirais yg skrg ini duduk di DPR dan menjabat wakil ketua komisi 1, sering bertukar pikiran dgn Bapak, bagaimanapun Bapak salah satu sosok yg ia jadikan teladan dlm berkarir. Tak jarang pertanyaannya begitu dalam dan bermakna. Hingga ia pernah bertanya yg selama ini mengganjal dlm hati. (Bersambung) #ReformasiBelumSelesai #19thReformasi
Sebuah kiriman dibagikan oleh hanum salsabiela rais (@hanumrais) pada 20 Mei 2017 jam 8:13 PDT
Baca Juga : Usai Digandeng Sinden, Kini Sule Terciduk Makan Berdua dengan Pedangdut Seksi!
Keistimewaan T-Shirt Timeless Erigo untuk Dukung Gaya Hidup Kaum Muda
KOMENTAR