Seorang dokter muda yang sangat fokus mensosialisasikan ASI Eksklusif, dr. Fita Moeslichan, Sp.A bahkan menegaskan, ibu pengidap HIV/AIDS sebenarnya masih dapat menyusui bayinya hingga 6 bulan. "Jadi, memang sebenarnya no excuse untuk para ibu yang memilih tidak menyusui anaknya."
Intinya, kata Fita, semua perempuan yang bisa hamil dipastikan bisa menyusui. Masalah alasan puting lecet, "Ibu tetap bisa menyusui jika dilakukan dengan relaks dan tenang, tidak panik atau stres, serta didukung suami dan keluarga. Bisa dipastikan ASI akan lancar." Satu hal lagi yang utama, lanjutnya, semakin sering bayi disusui, stimulasi akan semakin bagus sehingga akan memperbanyak produksi ASI. Selain banyak sekali kelebihan ASI, juga murah dan bisa menjalin ikatan batin ibu-anak, "Banyak kandungan ASI yang tidak bisa ditemukan di sufor."
Itu sebabnya Fita amat menyarankan konseling bagi para ibu ketika hamil sehingga setelah melahirkan, tak akan mengalami kepanikan saat ASI tidak mengalir. "Bayi akan tahan, kok, sampai tiga hari tidak menyusui karena kebutuhannya juga belum begitu besar. Walau ASI-nya sedikit, sudah mencukupi kebutuhan bayi." Inisiasi Menyusui Dini (IMB) juga sebenarnya memiliki banyak tujuan. Tak hanya menstimulasi agar ASI bisa keluar, tapi juga bisa membantu mengurangi rasa sakit karena ada kontraksi rahim dan mengurangi perdarahan usai persalinan.
Lalu mengapa ASI eksklusif disarankan sampai enam bulan? "Sebab semua zat yang dibutuhkan bayi ada dalam ASI, kecuali zat besi yang akan habis setelah enam bulan. Makanya diperlukan makanan tambahan pendamping ASI (zat besi) yang perlu diserap bayi. Tapi kalau ASI-nya masih keluar meski bayi sudah berusia enam bulan, ya, beri saja."
Jelas, kan, betapa besarnya peranan ASI dibandingkan sufor. Memang, dalam kasus tertentu, ASI bisa diganti dengan sufor. Misalnya, jika si ibu mengidap hepatitis B. Di luar itu? ASI is the best!
Merugikah produsen sofur jika aturan itu diterapkan secara tegas? "Sampai saat ini tidak ada, ya. Sebab, sebenarnya sufor untuk bayi sudah sejak lama selalu menjadi perhatian dan sorotan berbagai pihak serta pihak produsen selalu mematuhi semua kode etik yang ada. Baik dari peraturan lokal melalui UU no. 69 tahun 1999 maupun peraturan internasional seperti standar WHO dan FDA," kata Yeni Fatmawati, salah seorang pengurus Asosiasi Perusahaan Makanan Bayi (APMB) yang beranggotakan 11 perusahaan besar, yaitu Frisian Flag, MeadJohnson, Wyeth, Abbott, Sari Husada, Nutricia, Fonterra, Kalbe Farma, Indofood dan Mirota.
Anggota APMB, lanjutnya, tak hanya memproduksi sufor untuk bayi dari 0-1 tahun saja. "Masih banyak produk lain seperti susu lanjutan untuk 2 tahun ke atas, yang justru memiliki pangsa pasar lebih potensial. Jadi, memang tidak ada masalah ada larangan iklan di berbagai media."
Yeni membantah anggapan bahwa selama ini produsen sufor melakukan promosi terselubung, bekerja sama dengan sejumlah RS atau petugas kesehatan (dokter, bidan, perawat). "Kerja sama dengan sarana penyedia kesehatan selama ini selalu mengikuti prosedur yang benar. "
Oleh karena itu, aku Yeni, selama ini pihaknya belum pernah mendapat teguran atau peringatan keras dari dinas terkait. "Sufor sangat membantu ketika sang ibu kesulitan memberi ASI-nya."
Bantahan senada disampaikan Fitria dari Bagian Pemasaran RS Brawijaya, Jakarta Selatan. Justru, kata Fitria, pihaknya sangat peduli dan mendukung pemberian ASI eksklusif. "Bayi yang dilahirkan di sini, tidak diberi sufor. Justru kalau ada ibu yang ingin bayinya diberi sufor, dia harus mengisi formulir yang berisi permintaan menggunakan sufor atas izin dokter. Tahapan ini pun tak langsung disetujui karena biasanya dokter akan mengedukasi dan memberi solusi agar si ibu tetap mau menyusui dulu bayinya. Yang terbaik, kan, memang tetap ASI," ujar Fitria.
Ia juga menambahkan, pihaknya memiliki banyak program yang mendukung pemberian ASI eksklusif.
Swita, Nove
KOMENTAR